Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Venezuela I Presiden Venezuela Tolak Pilpres Diulang

Maduro Siap Berunding

Foto : AFP/ANDER GILLENEA

Dukung Maduro l Seorang perempuan warga Spanyol, berjalan didepan sebuah spanduk yang menyatakan dukungan terhadap Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, pada Rabu (30/1). Kantor berita RIA Novosty mewartakan bahwa Maduro siap melakukan perundingan dengan oposisi dan menyokong dipercepatnya pemilu parlemen.

A   A   A   Pengaturan Font

Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menyatakan siap untuk berunding dengan oposisi demi kebaikan bagi rakyat Venezuela.

CARACAS - Presiden Venezuela, Nicolas Maduro, menyatakan bahwa dirinya telah siap melakukan negosiasi dengan ketua oposisi yang didukung Amerika Serikat (AS). Maduro pun menambahkan bahwa ia akan menyokong dipercepatnya pemilihan umum bagi memilih anggota parlemen.

"Saya siap untuk duduk bersama dengan oposisi di meja negosiasi agar kita bisa berunding bagi kebaikan Venezuela," kata Maduro seperti dikutip dari kantor berita Russia, RIA Novosti, Rabu (30/1). "Saya pun menyokong pemilu parlemen untuk dipercepat karena hal itu merupakan bentuk diskusi politik yang amat baik," imbuh dia sembil menolak peluang digelarnya kmbali pemilu presiden dalam waktu dekat.

"Pilpres di Venezuela telah digelar dan jika kaum imperialis (AS) menginginkan digelarnya pemilu presiden yang baru, mereka harus menunggu hingga 2025," tegas Presiden Venezuela yang kini berusia 56 tahun itu.

Dalam sesi wawancara di Caracas, Venezuela, itu, RIA Novosti juga menulis bahwa Maduro menyatakan bahwa Presiden Russia, Vladimir Putin, lewat percakapan telepon pekan lalu, telah berjanji untuk memberikan dukungan ekonomi dan militer.

Venezuela adalah salah satu sekutu Russia di Amerika Latin. Hubungan dua negara telah terjalin lama, apalagi pemimpin Venezuela sebelumnya, Hugo Chavez, dikenal sebagai sosok yang anti terhadap AS.

Pekan lalu negara yang kaya akan minyak di kawasan Amerika Latin itu mengalami krisis kepemimpinan setelah AS menyatakan dukungan pada pemimpin oposisi, Juan Guaido, sebagai presiden sementara Venezuela. Dukungan bagi Guaido juga dinyatakan sejumlah negara-negara di Amerika Latin dan Kanada.

Maduro telah berkuasa sejak 2013. Namun terpilihnya kembali Maduro dalam pilpres Mei lalu disebut tak sah oleh Uni Eropa (UE), AS, dan Organisasi Negara-Negara Amerika karena pilpres digelar tanpa ditandingi oleh lawan politik Maduro karena mereka mendekam di penjara atau dibuang ke luar negeri, serta pilpres itu diboikot oleh oposisi.

Seruan Oposisi

Sementara itu ketua oposisi Venezuela yang juga menjabat sebagai ketua Dewan Nasional, Juan Guaido, pada saat bersamaan menyerukan pada UE agar menerapkan sanksi terhadap pemerintah pimpinan Presiden Maduro. Seruan Guaido itu disampaikan saat sesi wawancara dengan harian dari Jerman, Bild, edisi Rabu.

"Kami membutuhkan lagi sanksi-sanksi dari UE seperti sanksi yang telah dikeluarkan AS," kata Guaido, 35 tahun.

Sebelumnya pada Senin (28/1), AS mengumumkan pemberian sanksi terhadap perusahaan minyak milik negara Venezuela, Petroleos de Venezuela SA (PDVSA), sebagai langkah terkoordinasi dengan pemimpin oposisi untuk melumpuhkan kekuasaan Presiden Nicolas Maduro.

Sebelum mengeluarkan seruan sanksi dari UE, Mahkamah Agung Venezuela, telah mengeluarkan perintah cekal dan membekukan rekening bank Guaido, pada Selasa (29/1). Menurut ketua MA, Maikel Moreno, pencekalan terhadap Guaido dilakukan karena ketua oposisi itu akan diselidiki karena telah membahayakan perdamaian di Venezuela. AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top