Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lubang Mbah Soero, Saksi Bisu Penderitaan "Orang Rantai"

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota pertambangan pertama di tanah air. Pertambangan batu bara di kota ini meninggalkan saksi pilu perjuangan Orang Rantai bertahan hidup dengan bekerja paksa di pertambangan bawah tanah yang dikenal dengan Lubang Mbah Soero.

Kota Sawahlunto dikenal sebagai kota pertambangan pertama di tanah air. Pertambangan batu bara di kota ini meninggalkan saksi pilu perjuangan Orang Rantai bertahan hidup dengan bekerja paksa di pertambangan bawah tanah yang dikenal dengan Lubang Mbah Soero.

Sejak Ir Willem Hendrik de Greve menemukan batu bara pada 1867 di Sawahlunto di Sumatera Barat, kota itu menjadi tempat penting di mata Belanda. Pada laporan penelitian yang dipaparkan di Batavia pada 1870, de Greve menyebutkan di sekitar aliran Sungai Batang Ombilin, terkandung 200 juta ton batu bara.

Mendengap paparan de Greve, pemerintah Hindia Belanda mulai merencanakan pembangunan sarana dan prasarana yang dapat memudahkan eksploitasi batu bara di Sawahlunto. Selanjutnya Sawahlunto juga dijadikan sebagai kota pada 1 Desember 1888. Tanggal ini sekaligus menjadi hari jadi Kota Sawahlunto.

Mulai 1892, kota tersebut mulai memproduksi batu bara dalam skala besar untuk kebutuhan bahan bakar berbagai mesin uap pabrik dan kapal Belanda. Dalam sekejap tempat ini berdiri pemukiman pekerja tambang, gedung-gedung perkantoran, dan jaringan rel kereta api.

Pada 1889 Belanda membangun jalur kereta api menuju Kota Padang untuk memudahkan pengangkutan batu bara. Jalur kereta api tersebut mencapai Kota Sawahlunto pada 1894. Dengan beroperasinya kereta api, produksi batu bara mengalami peningkatan hingga mencapai ratusan ribu ton per tahun. Pada 1930, produksi batu bara memberi keuntungan sebesar 4,6 juta gulden per tahun.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top