Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Emiten

Lorena Mengubah Model Bisnis

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) terus berupaya melakukan berbagai terobosan dengan mengubah strategi bisnisnya. Perubahan strategi bisnis yang akan diambil emiten sektor transportasi itu antara lain mengubah model bisnis dari layanan mass public transportation menjadi boutique mass transportation. Strategi itu dijalankan dengan mulai mengoperasikan armada bis double decker (bis tingkat) Mercedes-Benz OC 500 RF 2542 yang bertujuan menciptakan diferensiasi produk dan jasa yang signikan dibandingkan para pesaing.

Presiden Direktur LRNA, GT Soerbakti, mengatakan Lorena akan mengubah secara berangsur- angsur, layanan dari Kelas Eksekutif menjadi Kelas Super Eksekutif untuk meningkatkan tingkat pelayanan kepada para pelanggan. "Perseroan juga sudah mulai mengevaluasi trayek AKAP, dengan trayek-trayek yang bersinggungan langsung dengan moda transportasi udara dan kereta api.

Sebagian sudah dialihkan ke trayek-trayek lain yang masih memiliki potensi untuk dikembangkan," ungkap dia, baru-baru ini. Strategi lainnya berupa penguatan di rute jarak pendek termasuk menjajaki kemungkinan masuk di Jakarta Residence Connection dan Jakarta Airport Connection yang diselenggarakan oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ), selain memperkuat dan menambah jumlah armada bus di bus rapid transport (BRT) seperti Trans Jakarta.

Dari segi pemasaran, imbuh Soerbakti, Lorena terus memperkuat digital marketing & e-ticketing atau online ticketing dan penjualan di sejumlah mini market, dalam hal pembayaran tiket yang dipesan melalui situs perseroan. Ini bertujuan untuk memudahkan para penumpang membeli tiket, serta memperkuat kerja sama dengan ESL Cargo & ESL Logistic sebagai mitra pendukung kargo dan logistik. "Melalui penjualan tiket e- Commerce, cakupan wilayah pemasaran perseroan tidak terbatas hanya di wilayah Indonesia saja, bahkan hingga ke luar negeri sehingga para pelancong asing bisa merancang rencana perjalanannya selama di Indonesia," papar dia.

Pada 2016, menurut dia, industri transportasi darat secara umum mengalami penurunan, baik untuk bis dalam kota maupun segmen antar kota antar provinsi (AKAP). Hal ini juga dirasakan oleh Lorena yang mengalami kerugian akibat penurunan pendapatan yang disebabkan antara lain menurunnya jumlah penumpang bus AKAP karena beralih kepada transportasi darat lainnya, seperti kereta api, dan transportasi udara. Selain itu, kemudahan masyarakat untuk memiliki kendaraan pribadi juga sangat memengaruhi pendapatan operator bis AKAP.

Baca Juga :
Sinergi BUMN

Hal ini menimbulkan dampak yang kurang baik bagi perusahaan yang bergerak di bidang transportasi angkutan darat berpenumpang umum seperti Lorena. "Di sisi lain, infrastruktur jalan darat sudah mengalami peningkatan pesat seperti jalan tol yang gencar dibangun oleh pemerintah, terutama di wilayah Pantura menuju Jawa Timur dan Jawa Tengah," imbuh Soerbakti.

Tidak Berpihak

Dia juga mengungkapkan sepertinya pemerintah kurang berpihak pada operator bis AKAP dengan memberi kemudahan persyaratan bagi masyarakat dalam memiliki kendaraan pribadi melalui leasing, serta semakin meningkatnya angkutan mudik gratis yang digagas oleh pemerintah maupun BUMN. "Hal ini tercermin dari semakin didominasinya angkutan lebaran dari tahun ke tahun oleh kendaraan pribadi dan angkutan mudik gratis," papar Soerbakti.

Selain persaingan antar sesama operator transportasi darat AKAP yang semakin tidak sehat, lanjut dia, operator AKAP juga harus bersaing ketat dengan moda transportasi lainnya seperti moda transportasi penerbangan berbiaya murah, serta dengan moda transportasi kereta api. Saat ini, pemerintah sedang membangun jalan tol Trans Jawa untuk mengurangi kemacetan di jalan tol sehingga waktu tempuh Jakarta-Surabaya dapat dicapai hanya dengan 8 jam saja ketimbang 18 hingga 20 jam seperti selama ini.

Hal ini memberi peluang bagi operator AKAP meskipun di sisi lain, pemerintah pun sedang mengaji kereta api cepat sehingga memungkinkan bagi penumpang kereta api untuk tiba di Surabaya atau Jakarta hanya dalam tempo sekitar 6 jam saja. "Ke depannya, perseroan sedang menjajaki kemungkinan untuk melakukan ekspansi ke bidang lainnya di industri nontransportasi, namun secara tidak langsung akan berkaitan dengan industri transportasi," tutur Sorbakti.

yni/WP

Penulis : Yuni Rahmi

Komentar

Komentar
()

Top