Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kesehatan Masyarakat I Varian Baru, KP.1 dan KP.2 Dinilai Lebih Menular

Lonjakan Kasus Covid-19 di Singapura Perlu Diwaspadai

Foto : antara
A   A   A   Pengaturan Font

Lonjakan Covid-19 yang terjadi di Singapura dengan jumlah kasus mencapai 25.900 sepanjang awal hingga pertengahan Mei lalu perlu diwaspadai.

JAKARTA - Dosen Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Kurnia Dwi Artanti, mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 di Singapura perlu diwaspadai. Menurutnya, mobilitas penduduk dan aktivitas masyarakat yang tinggi dapat meningkatkan risiko penularan Covid-19.

"Ketika mobilitas dan aktivitas masyarakat tinggi, maka interaksi dan kontak antarindividu pun meningkat. Sehingga peluang penyebaran droplet yang terkontaminasi virus Covid-19 pun semakin besar," ujar Kurnia, dalam keterangannya, Rabu (5/6).

Dia menjelaskan, sebagai negara yang memiliki kedekatan geografis dengan Singapura, tentu Indonesia perlu tetap waspada. Terlebih lagi, interaksi dan aktivitas masyarakat di kedua negara tersebut terbilang cukup tinggi dan dapat menjadi faktor utama yang meningkatkan potensi penularan Covid-19.

"Mobilitas penduduk dan perjalanan antarnegara yang tinggi bisa membuka peluang penyebaran virus melalui droplet atau kontak fisik," jelasnya.

Sebagai informasi, lonjakan Covid-19 baru-baru ini kembali terjadi di Singapura dengan jumlah kasus Covid-19 mencapai 25.900 sepanjang awal hingga pertengahan Mei. Salah satu penyebab lonjakan kasus ini adalah munculnya varian baru dari Covid-19, seperti KP.1/KP.2 dan JN.1.

Penguatan Sistem

Kurnia menerangkan, varian-varian tersebut lebih mudah menular, namun tidak menunjukkan tingkat keparahan yang lebih tinggi. Meski begitu, lonjakan kasus ini berdampak pada sistem kesehatan, dengan peningkatan rawat inap dan ICU.

"Pemerintah perlu meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat sistem kesehatan untuk mencegah penularan. Meskipun kita telah melakukan penyesuaian sistem kesehatan dan respons publik untuk mengelola situasi lebih efektif daripada saat awal pandemi," katanya.

Dia menambahkan, perlu adanya peningkatan kewaspadaan oleh masyarakat. Menurutnya, menggunakan masker di tempat dengan risiko tinggi kembali penting terutama ketika berada di bangsal rumah sakit, fasilitas perawatan kesehatan, serta saat bepergian dengan transportasi umum.

"Meskipun penggunaan masker tidak lagi diwajibkan, hal ini dapat masuk dalam kategori pencegahan sekunder, yaitu self protection atau perlindungan diri sendiri," terangnya.

Kurnia menekankan juga pentingnya vaksin Covid-19, terutama untuk masyarakat yang belum menerima dan belum mendapat booster serta kelompok rentan. Menurutnya, vaksinasi tetap menjadi pertahanan utama dalam melawan Covid-19.

"Vaksinasi perlu digalakkan dengan mendorong masyarakat, terutama kelompok rentan, untuk segera melengkapi vaksinasi mereka," tuturnya.

Lonjakan Covid-19 Singapura terjadi karena varian FLiRT dengan sub-varian KP.1 dan KP.2. Data yang ada menunjukkan bahwa lebih dari dua pertiga kasus Covid-19 di Singapura terdiri dari KP.1 dan KP.2.

Para ilmuwan menyebut KP.1 dan KP.2 termasuk dalam kelompok varian Covid-19 FLiRT. Sesuai dengan nama teknis mutasinya, strain di FLiRT semuanya merupakan keturunan varian JN.1, cabang dari varian Omicron.

Varian JN.1 menyebar dengan cepat ke seluruh dunia beberapa bulan lalu dan bertanggung jawab atas gelombang Covid-19 di Singapura pada Desember 2023 lalu. Namun strain KP.2 disebut tampaknya menyebar lebih cepat dibandingkan KP.1. ruf/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top