Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Transisi Energi

Lonjakan Harga Komoditas Semestinya Jadi Momentum Memacu EBT

Foto : ANTARA/AHMAD SUBAIDI

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Harga beberapa komoditas di pasar global, seperti minyak, gas, dan batu bara terus melonjak seiring dengan ancaman eskalasi keamanan yang mengganggu pasokan dan jalur distribusi. Kondisi tersebut menyebabkan kekhawatiran harga energi semakin melonjak terutama yang bersumber dari fosil.

Pengamat Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Fahmy Radhi, mengatakan kenaikan harga energi fosil itu, semestinya menjadi momentum bagi Indonesia untuk memacu pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT).

"Meroketnya harga energi fosil harus dijadikan momentum mendorong potensi EBT," kata Fahmy seperti dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (8/3).

Berbagai upaya untuk mendorong pengembangan potensi energi bersih, jelasnya, bisa melalui pembuatan undang-undang dan aturan yang diperlukan, infrastruktur, dan pemberian insentif fiskal bukan insentif tarif.

Berbagai upaya itu dibutuhkan untuk menciptakan iklim investasi energi bersih yang kondusif, sehingga menarik minat investor untuk mempercepat investasi ke EBT.

Indonesia memiliki sumber daya energi baru terbarukan yang melimpah dan beragam, tetapi belum memiliki teknologi untuk memaksimalkan potensi-potensi tersebut.

"Pengembangan EBT harus menggandeng investor yang memiliki teknologi," kata Fahmy.

Pandemi Covid-19 dan terakhir invasi Russia ke Ukraina membuat harga energi fosil, seperti batu bara, minyak mentah, dan gas alam menyentuh angka tertinggi.

Minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia sempat menyentuh angka 139 dollar AS per barel atau tertinggi sejak 2008 silam. Hal itu sebagai respons pelaku pasar dari sanksi AS dan sekutunya yang melarang mengimpor minyak Russia.

Sementara itu, gas mencapai rekor tertinggi dalam sejarah di harga 345 euro per megawatt jam. Kenaikan harga gas itu dipicu sanksi internasional untuk Russia yang telah menimbulkan kekhawatiran pasar akan terhambatnya pasokan karena gas alam merupakan sumber energi yang penting di Eropa.

Untuk harga komoditas batu bara saat ini masih bertahan di atas level 400 dollar AS per ton. Sanksi ekonomi terhadap Russia berupa pembatasan akses ke pelabuhan-pelabuhan Eropa telah memicu serbuan perusahaan-perusahaan di Asia dan Eropa untuk mencari pemasok alternatif, seperti Australia.

Perang telah menciptakan krisis energi dunia dan memperburuk kekhawatiran pasar global atas pasokan energi fosil.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyatakan setiap kenaikan minyak satu dollar AS per barel akan berdampak pada kenaikan subsidi elpiji 1,47 triliun rupiah, minyak tanah 49 miliar rupiah, dan beban kompensasi BBM lebih dari 2,65 triliun rupiah.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S, Eko S

Komentar

Komentar
()

Top