Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Indikator Ekonomi

Lonjakan Angka Pengangguran Tandai Ancaman Krisis Global

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Ancaman krisis global ke depan sepertinya memunculkan fenomena yang hampir mirip di setiap negara yakni tingginya angka pengangguran karena banyaknya usia produktif yang kehilangan pekerjaan.

Dari Amerika Serikat (AS), kekhawatiran kehilangan pekerjaan semakin meningkat di kalangan warganya. Menurut sebuah survei baru dari Federal Reserve Bank of New York (the Fed New York) yang dirilis pada Senin (19/8) menyebutkan survei the Fed New York pada Juli 2024 mengenai prediksi terkait pasar tenaga kerja menunjukkan bahwa rata-rata kemungkinan yang diperkirakan bagi warga AS menjadi pengangguran naik ke angka 4,4 persen, kenaikan dari 3,9 persen setahun sebelumnya dan merupakan angka tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2014.

"Bahkan, data baru ini menunjukkan tanda-tanda keretakan pasar tenaga kerja di berbagai indikator. Orang-orang melaporkan berhenti atau kehilangan pekerjaan, menurunkan ekspektasi gaji mereka, dan semakin berpikir bahwa mereka perlu bekerja hingga melewati usia pensiun pada umumnya," kata The New York Times dalam laporannya tentang survei tersebut.

Persentase pekerja yang melaporkan sedang mencari pekerjaan dalam empat pekan terakhir melonjak menjadi 28,4 persen. Angka itu naik dari 19,4 persen pada Juli 2023 dan merupakan level tertinggi sejak pencatatan dimulai.

"Survei ini, yang mengajukan pertanyaan kepada sampel representatif secara nasional mengenai situasi ekonomi yang mereka hadapi akhir-akhir ini, menunjukkan bahwa ada kemungkinan terbentuknya masalah yang serius di pasar tenaga kerja," kata surat kabar itu.

Sementara itu, statistik pemerintah New Sealand menunjukkan bahwa jumlah orang yang meninggalkan negara itu mencapai rekor tertinggi karena angka pengangguran meningkat, suku bunga tetap tinggi, dan pertumbuhan ekonomi lesu.

Data yang dirilis Statistik Selandia Baru menunjukkan bahwa 131.200 orang meninggalkan Selandia Baru pada Juni 2024, yang untuk sementara merupakan rekor tertinggi dalam periode tahunan. Sekitar sepertiganya menuju ke Australia. Data menunjukkan bahwa 80.174 orang yang berangkat hampir dua kali lipat jumlah orang yang berangkat sebelum pandemi Covid-19.

Menanggapi kondisi terrsebut, peneliti Mubyarto Institute, Awan Santosa, mengatakan masalah yang melanda sejumlah negara di dunia bukan tidak mungkin terjadi di Indonesia jika tidak diatasi serius, sebab jumlah populasi meningkat sementara pertumbuhan lapangan kerja terbatas.

"Kuncinya ialah menambah industri padat karya agar bisa menyerap pekerja sebanyak mungkin," kata Awan.

Dia khawatir akan tingginya investasi padat modal di Indonesia, tetapi di sisi lain industri padat karya minim, malah gulung tikar. Investor lebih melirik Vietnam atau bahkan Malaysia sebagai tujuan investasi.

"Pemerintah perlu serius mendorong industrialisasi berbasis agro-maritim dan koneksitas dengan pelaku ekonomi rakyat (UMKM) dan koperasi di sektor tersebut," kata Awan.

Agenda itu, papar Awan, perlu didukung dengan alokasi belanja pemerintah yang memadai. Hal itu disertai pengembangan investasi sosial melalui beragam instrumen crowdfunding atau penggalangan dana yang melibatkan masyarakat luas.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top