Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Literasi Gizi Orang Tua yang Baik Salah Satu Kunci Turunkan Angka Stunting

Foto : ISTIMEWA

Literasi gizi orangtua

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Untuk mencapai target yang dicanangkan Pemerintah sebesar 14 persen pada 2024 perlu kerjasama semua pihak. Penurunan angka stunting yang pada 2021 angkanya masih sebesar 24,4 persen perlu kerjasama oleh berbagai pihak.

"Masalah stunting cukup kompleks, bukan hanya sekedar ini susu atau bukan. Akarnya harus ada kerjasaama antara pemerintah produsen dan masyarakat," kata Dokter spesialis anak, dr. Agnes Tri Harjaningrum, Msc., S.pA., dalam diskusi berjudul salah Kaprah Susu, Kesehatan Anak dan Peran Media Sosial di Jakarta, Selasa (15/2).

Menurut dia masalah stunting terkait dengan pengetahuan orang tua terhadap kandungan gizi makanan yang diberi ke anak mereka. Literasi masyarakat yang rendah menyebabkan anak kurang mendapatkan makanan bergizi untuk tumbuh kembang dengan baik.

"Yang paling penting dalam mengatasi masalah stunting menurut saya adalah literasi masyarakat. Dalam soal literasi kita rangking rendah. Salah satu tanda datanya mereka tidak pernah membaca label informasi nilai gizi yang ada pada produk makanan," imbuh dokter yang berpraktek di Rumah Sakit Permata Depok ini.

Ia menyarankan agar semua pihak perlu mendorong literasi masyarakat agar menjadi lebih pintar dalam hal gizi. Terkait stunting, jika mereka ingin anaknya cerdas perlu gizi yang baik sejak dalam kandungan agar tidak lahir prematur, dan berat badan rendah.

Pemberian kental manis kepada anak yang dianggap susu menjadi salah satu penyebab terjadinya stunting dibenarkan oleh r. Agnes. Kandungan dalam produk kental manis, bukan merupakan susu, tapi sirup rasa susu.

"Anak 7 bulan dikasih kental manis ini apa-apaan. Dampaknya kental manis yang dianggap sebagai pengganti susu adalah terjadinya malnutrisi, terjadi obesitas, karena banyak makan manis. Ketika dewasa mereka dapat mengalami sindrom metabolik," katanya.

Sindrom metabolik adalah sekelompok kondisi yang terjadi bersamaan yang bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Kondisi tersebut meliputi gula darah (glukosa) tinggi, rendahnya kadar kolesterol baik atau HDL dalam darah, tingginya kadar trigliserida dalam darah, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang dan tekanan darah tinggi.

Lebih lanjut dokter spesialis anak tersebut menjelaskan berdasarkan data dari World Health Organization (WHO, kandungan glukosa yang seharusnya dikonsumsi yaitu dibawah 10 persen dari total kalori. "Sedangkan kalau kental manis sendiri, tambahan gulanya sekitar 19 gram, kalau di konversi sekitar 58 persen. Ini sudah sangat jauh dari batasannya," Tutur dr. Agnes.

Pengamat Sosial, Devie Rahmawati, mengatakan fenomena orang tua terutama ibu yang memberi kental manis bagi anaknya berawal dari ketidaktahuan masyarakat akan kandungan yang terdapat dalam kental manis. "Masifnya informasi di media sosial dan rendahnya literasi masyarakat menjadi salah satu bukti bagaimana masyarakat masih salah persepsi terkait kental manis, " ucapnya.

Pengamat Sosial dari Universitas Indonesia ini pun menuturkan pemanfaatan media sosial yang efektif harus terus disosialisasikan kepada masyarakat. Media sosial akan memperluas jangkauan sosialisasi masyarakat hingga ke pelosok perdesaan.

Sekjen Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (Kopmas) Yuli Supriatymemaparkan hasil temuan timnya di lapangan seputar konsumsi kental manis sebagai susu pengganti untuk anak. Dalam pengamatan antara 2020 - 2022, pihaknya menemukan banyak masyarakat terutama orang tua yang masih memberikan kental manis sebagai pengganti susu untuk anaknya.

"Hal ini sangat kami sayangkan, dan ini menandakan masih minimnya tingkat edukasi dan literasi di kalangan masyarakat hingga kurangnya akses informasi bagi masyarakat," ungkapnya.

Menurut Yuli konsumsi susu kental manis pada anak balita terkait dengan literasi gizi masyarakat yang rendah dan sosialisasi. Ia berharap semua pihak dan pemangku kepentingan harus satu suara dalam mengedukasi para orang tua mengenai pemberian kental manis bagi anaknya yang ternyata kandungan gizinya tidak semua harapan.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top