Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Kebocoran Blok ONWJ I Butuh Standar Baku Penanganan Pencemaran Pantai

Limbah Beracun Hantui Warga

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

Masyarakat pesisir laut Kerawang hingga Bekasi yang terdampak pencemaran minyak, masih dihadapkan pekerjaan pembersihan limbah beracun.

JAKARTA - Kebocoran minyak dan gas (migas) pada proyek milik PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memicu dampak buruk terhadap lingkungan, wisata, kesehatan sekaligus sosial ekonomi masyarakat pesisir laut utara terdampak. Kini, sebagian masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nalayanpun, turun tangan membersihkan pantai kendati bahaya limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mengancamnya.

Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat Untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Susan Herawati, menyesalkan langkah Pertamina yang melibatkan masyarakat pesisir untuk dilibatkan dalam membersihkan limbah pantai. "Masyarakat nelayan di pesisir itu sudah terkena dampak pencemaran lingkungan tumpahan minyak, tetapi masih saja disuruh bekerja untuk membersihkan limbah," tukas Susan di Jakarta.

Akibat limbah minyak, menurut Susan, nelayan dan masyarakat pesisir sekitar harus rela kehilangan sumber utama penghidupannya sekaligus berhadapan dengan limbah B3. "Pertamina harus bertanggung jawab bukan hanya merestorasi kembali pesisir dan laut yang rusak, tapi juga harus memastikan nelayan dan masyarakat bahari bisa kembali laut," tegas Susan.

Susan menambahkan, limbah minyak memberi dampak buruk pada lingkungan juga berdampak pada kesehatan nelayan. Selama beberapa hari terakhir, bau menyengat dari limbah minyak menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat pesisir kawasan pantai Karawang dan Muara Gembong.

"Harusnya ada standar penanganan yang tepat harus dilakukan Pertamina untuk menangani limbah B3 ini, bukannya menempatkan nelayan dalam situasi rentan pada kesehatannya," ungkapnya.

Masyarakat pesisir, kini mulai merasakan dampak bahaya pada kesehatan mereka seperti keluhan tangannya panas ataupun gejala pusing dan mual yang mulai dirasakan. Dari kejadian ini, nelayan dan masyarakat pesisir kembali menjadi korban dari aktivitas ekstraktif yang dilakukan pemerintah maupun perusahaan.

Berdasarkan laporan Tim Kiara, sejumlah area terdampak pencemaran minyak antara lain, di Kecamatan Cilebar yakni Desa Camara, Kecamatan Cibuaya, Desa Sungai Buntu, Kecamatan Pedes serta beberapa desa di kecamatan sekitarnya.

Lakukan Sosialisasi

VP Relations PT Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya menuturkan, sebagai operator sumur YYA-1, PHE ONWJ terus mengupayakan pembersihan sisa limbah yang lepas dari alat penyedot minyak mentah di laut sekitar anjungan YY. "Masyarakat di sekitar wilayah operasi PHE ONWJ sudah beberapa kali mendapatkan sosialisasi dan pelatihan mengenai proses pembersihan pantai dari tumpahan minyak,"ungkapnya.

Sementara, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto belum lama ini mengatakan, untuk mengatasi dampak lingkungan, salah satunya adalah dengan memperbanyak pemasangan static oil boom agar penyebaran minyak dapat ditahan dan tidak meluas.

"Saat ini angin mengarah ke Barat, sehingga static oil boom dipasang juga menuju ke barat. Oil boom adalah peralatan sejenis pelampung yang digunakan untuk melokalisir atau mengurung tumpahan minyak di air,"papar Dwi. ers/E-12

Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top