Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Strategi Pembangunan - Pertumbuhan Ekonomi Tak Capai Titik Potensial

Lepas dari "Middle Income Trap", RI Butuh Industrialisasi

A   A   A   Pengaturan Font

>>Industri berorientasi ekspor perlu difasilitasi dan diberi insentif fiskal serta nonfiskal.

>>Indonesia telah melewatkan fase reindustrialisasi yang mendorong pertumbuhan ekonomi.

JAKARTA - Indonesia dinilai sangat membutuhkan industrialisasi agar bisa segera terlepas dari jebakan negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Pertumbuhan ekonomi yang hanya berada di kisaran 5,1 persen per tahun baru akan membuat Indonesia masuk dalam kategori negara berpendapatan tinggi pada 2040.

Berdasarkan penghitungan Bappenas, pertumbuhan ekonomi potensial sejauh ini adalah 5,3 persen. Mengacu angka tersebut, artinya pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini bahkan tidak mencapai titik potensialnya. Kuncinya memang dua, industrialisasi dan juga jasa modern.

Ekonom dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, YS Susilo, mengemukakan saat ini industrialisasi yang diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi justru menjadi penghambat. Sebab, kebutuhan bahan baku dan barang modal yang seharusnya dipasok oleh industri hulu, masih sangat mengandalkan impor.

Padahal, tanpa integrasi vertikal maka keterkaitan ke depan dan keterkaitan ke belakang juga rendah. Akibatnya, dampak ekonominya juga tidak optimal terutama dalam penciptaan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja.

"Industrialisasi akan memberikan dorongan kuat economic growth jika produk sektor industri pengolahan mayoritas untuk ekspor, atau menerapkan strategi industrialisasi promosi ekspor," jelas Susilo, ketika dihubungi, Jumat (23/11).

Menurut dia, di Indonesia industri substitusi impor sebenarnya juga berkembang, namun mayoritas bahan bakunya tetap impor. "Dengan kondisi seperti itu yang terjadi malah cenderung deindustrialisasi."

Susilo menyarankan agar supaya peran industrialisasi sebagai motor penggerak pertumbuhan bisa berjalan seperti yang diharapkan, maka diperlukan kebijakan fasilitasi dan insentif dari pemerintah. Perusahaan di sektor hulu dan perusahaan di sektor hilir yang produknya berorientasi ekspor, perlu difasilitasi dan diberi insentif fiskal serta nonfiskal.

"Catatan lain pilihan teknologi, baik padat karya atau padat modal, dimungkinkan juga menjadi penyebab kontribusi industrialisasi dalam pertumbuhan ekonomi kurang nendang," ungkap dia.

Sebelumnya dikabarkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam lima tahun terakhir tidak mampu beranjak dari level lima persen. Salah satu penyebab stagnasi pertumbuhan ekonomi tersebut adalah masih lemahnya industrialisasi. Oleh karena itu, pemerintah mesti sukses memperkuat pengembangan industrialisasi agar ekonomi tumbuh tinggi dan Indonesia bisa naik kelas menjadi negara maju, lepas dari middle income trap.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengungkapkan ekonomi Indonesia saat ini tumbuh stagnan akibat tekanan eksternal dan kerentanan internal. Dari sisi dalam negeri, Indonesia telah melewatkan fase reindustrialisasi yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi.

Menurut dia, sejatinya potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa bergerak di 5,3 persen. Namun, karena industrialisasi kurang bergerak, ekonomi hanya tumbuh stagnan di 5,1 persen. "Indonesia tidak cukup tumbuh 5,1 persen untuk naik kelas dari negara lower middle income ke upper midle income di 2020," jelas Bambang.

Kerja Ekstra

Terkait dengan upaya lepas dari middle income trap, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan misi keluar dari middle income trap adalah hal yang mustahil, ini sesuai dengan penghitungan akademis.

"Mungkin mission impossible, terus terang dari pemikiran akademi kita asumsikan dan melakukan proyeksi di BI bagaimana productivity hingga kontribusi modal sudah naik?" kata Perry, beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan agar pendapatan per kapita Indonesia bisa tumbuh di atas 10.400 dollar AS pada 2045, diperlukan kerja ekstra untuk mencetak pertumbuhan ekonomi tinggi. Hingga 2017, pendapatan per kapita Indonesia baru mencapai 3.876,8 dollar AS atau masuk kategori lower middle income.

"Perhitungan kami, jika kita hanya kerja seperti biasa, pada 2045 income per kapita baru 10.400 dollar AS. Kalau kita bisa kerja lebih, ya bisa lebih tinggi. Dengan pertumbuhan ekonomi 5,6 persen itu akan mendorong pendapatan tinggi pada 2045," papar Perry.

BI menilai agar Indonesia bisa keluar dari middle income trap maka neraca transaksi berjalan atau current account Indonesia harus surplus. Selama ini, current account Indonesia masih defisit. YK/SB/WP

Penulis : Eko S, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top