Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Legasi "Dewa Manajemen" yang Melampaui Dunia Bisnis

Foto : AFP/TOSHIFUMI KITAMURA

Kazuo Inamori

A   A   A   Pengaturan Font

Kazuo Inamori adalah salah seorang pemimpin bisnis paling berpengaruh di Jepang, Ia meninggal dunia pada Agustus lalu pada usianya yang ke- 90 tahun. Pria yang dikenal sebagai "Dewa Manajemen" ini adalah pendiri raksasa elektronik Kyocera yang ia kembangkan dari sebuah pabrik kecil menjadi perusahaan terkemuka di dunia.

Ia juga merintis perusahaan telekomunikasi KDDI dan mengawasi revitalisasi Japan Airlines setelah maskapai penerbangan itu mengalami kebangkrutan. Namun, legasi Inamori melampaui kesuksesan korporasi-korporasi tersebut, meluas pada falsafah yang terus menjadi panduan dan menginspirasi orang-orang dalam berbisnis dan kehidupan.

Kesuksesannya bermula ketika Inamori mendirikan Kyoto Ceramic pada 1959 dan selama bertahun-tahun ia membangun penghasil keramik skala kecil tersebut menjadi perusahaan elektronik multinasional Kyocera dengan omzet tahunan lebih dari 7 miliar dollar AS.

Kesuksesannya itu berasal dari metode manajemen unik yang dipeloporinya. Metode yang dikenal dengan istilah "Manajemen Ameba" ini membagi sebuah perusahaan menjadi unit-unit kecil dan mandiri yang disebutameba, serta menunjuk seorang pemimpin pada tiap unit tersebut.

Semua anggota dari tiapamebabekerja dengan pemimpin menuju target bersama sambil mencermati pendapatan dan pengeluaran. Metode ini dirancang untuk mendorong para karyawan agar berperan aktif dalam mengelola perusahaan, meningkatkan motivasi dan profitabilitas.

Inti dari pendekatan Inamori adalah gagasan yang simpel tetapi efektif. Tiap kali ia dihadapkan pada pilihan bisnis, ia akan bertanya kepada dirinya sendiri, "Sebagai manusia, cara tepat seperti apa yang harus dilakukan?"

"Saya kadang bertemu para pebisnis sukses yang membanggakan diri dengan mengatakan 'saya presiden' atau 'saya direktur pengelola,' tetapi itu tidak baik," kata dia dalam sesi wawancara denganNHKpada 2014 lalu. "Makin tinggi posisi seseorang, makin berat tanggung jawabnya. Orang itu harus menjadi manajer yang teguh dan disiplin, yang berusaha dengan tekun sambil terus mengejar apa yang tepat," imbuh dia.

Pendekatan Inamori itu menginspirasi para pebisnis di Jepang maupun luar negeri. Pada 1983, para pemilik perusahaan rintisan di Kyoto membentuk kelompok studi yang disebutSeiwajyuku, guna mempelajari falsafah Inamori agar bisa digunakan bukan hanya untuk manajemen perusahaan tetapi juga dalam kehidupan.

MisiSeiwajyukubanyak menarik perhatian baik dari dalam dan luar Jepang. Salah satu anggotanya adalah Hiroyuki Oku yang bergabung pada 2011. Oku sekarang menjadi presiden di Nippon Taiiku Shisetsu, sebuah perusahaan yang merancang dan membangun fasilitas olahraga.

Oku mengatakan saat pertama kali menjabat sebagai presiden perusahaan, ia kerap merasa terisolasi, terbebani oleh kekhawatiran atas performa perusahaan yang menurun atau terkait masalah internal lainnya. Saat itu, kebetulan ia membaca kata-kata Inamori yang mengatakan bahwa tolok ukur untuk penilaian adalah tindakan tepat apa yang seharusnya dilakukan sebagai manusia. Oku menyadari bahwa Inamori mencapai kesuksesan berkat altruisme atau lebih mengutamakan kepentingan orang lain.

Menyebar ke Seluruh Dunia

Falsafah Inamori juga menginspirasi para pemimpin bisnis di luar negeri.Seiwajyukupun membuka cabang di Amerika Serikat, Brasil, dan sejumlah negara lainnya.

Di Tiongkok, sejumlah pengusaha terkemuka seperti misalnya pendiri raksasa perdagangan elektronik Alibaba Group, Jack Ma, diketahui mengagumi legenda bisnis Jepang tersebut. Kabar kematian Inamori bahkan pernah menjadi topik yang paling dicari di media sosial Tiongkok. Beberapa tulisan mendoakan agar pebisnis besar itu meninggal dengan damai dan yang lainnya menuliskan kalimat penghormatan untuk Inamori.

Seiwajyukuterakhir kalinya mengadakan konvensi dunia pada 2019, karena usia Inamori yang sudah lanjut. Dalam konvensi terakhir itu, Inamori mengirimkan pesan kepada sekitar 4.800 anggota dari seluruh dunia yang hadir dalam acara tersebut.

"Yang menjadi dasar dorongan falsafah saya adalah harapan yang ada di atas segalanya, yaitu semua orang harus menjadi bahagia," kata dia. "Saya sangat yakin bahwa kita bisa hidup bahagia sepenuhnya dengan cara berpikir seperti ini. Itulah mengapa saya ingin membaginya dengan sebanyak mungkin orang," ungkap dia.

"Para pengelola bisnis harus memiliki keinginan yang kuat untuk membuat karyawan mereka menjalani hidup yang menyenangkan, dengan kasih sayang yang tak terhingga sebagai dasar dari segalanya. Jika para pemimpin selalu mempraktikkan disiplin diri dan menunjukkan upaya untuk meningkatkan karakter mereka sendiri, maka para karyawan secara alami akan berupaya untuk mempraktikkan falsafah ini untuk diri mereka sendiri," imbuh dia.

Inamori juga mengatakan bahwa tidak ada yang akan lebih mengharukan dari upaya tak kenal lelah yang dilakukan seorang presiden perusahaan demi para karyawannya. "Itulah mengapa para pemimpin bisnis harus berupaya lebih keras dibandingkan yang lainnya. Dengan demikian, para karyawan tidak akan pernah gagal untuk mengikutinya," tegas dia.

Lebih dari sekadar mengejar keuntungan, Inamori berupaya memperbaiki kehidupan dengan memandu motivasi perusahaan, perekonomian, dan pada akhirnya bagi masyarakat. Pebisnis yang sukses datang silih berganti, tetapi kata-kata dan falsafah Inamori akan menggema hingga beberapa generasi mendatang, menginspirasi orang-orang untuk mendefinisikan ulang arti kesuksesan yang sesungguhnya.NHK/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top