Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lebatnya Hutan Hujan Tropis di Bawah "Canopy Bridge"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Tidak sah jika ke Kalimantan tidak menikmati hutannya. Salah satu tempat wisata yang bisa menjadi representasi hutan Borneo adalah Bukit Bangkirai yang berada di kawasan hutan milik PT Inhutani I Unit I Balikpapan. Lokasinya memang berada di Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara namun berbatasan dengan Kota Balikpapan.
Dari Balikpapan, Bukit Bangkirai dapat ditempuh melalui perjalanan darat selama 1,5 jam. Selanjutnya wisata akan sampai ada lokasi wisata alam yang memiliki pesona hutan hujan tropis yang masih alami dengan berbagai fasilitas yang dimiliki bagi wisatawan.
Cara menjelajahi hutan ini salah satunya melalui jembatan tajuk (canopy bridge) yang terhubung dari pohon satu ke pohon yang lain. Jembatan ini terbuat dari kayu dan besi antikarat dengan jaring-jaring dari plastik sebagai pengaman dengan panjang 64 meter.
Jembatan tajuk di Bukit Bangkirai menghubungkan lima pohon bangkirai (Shorea laevis) yang sudah berumur ratusan tahun dengan tinggi 30 meter. Jarak antara satu pohon dengan pohon yang lain antara 10-15 meter. Jembatan ini merupakan jembatan tajuk pertama di Indonesia, kedua di Asia, dan kedelapan di dunia.
Untuk memanjakan wisatawan disediakan sarana berupa restoran, rumah lamin khas Dayak untuk acara pertemuan, kolam renang. Bagi mereka yang mau menginap tersedia penginapan dengan konsep jungle cabin atau rumah dengan struktur terbuka dengan ventilasi alami berupa jendela berbahan kayu.
Berdasarkan ketahanan bahan yang dipakai umur jembatan tajuk ini dapat bertahan antara 15-20 tahun. Jika ingin berpergian ke canopy bridge ini pengunjung harus melalui jalan setapak dengan hutan lebat dengan pohon-pohon rindang yang memayungi.
Selain hutan hujan tropis, Balikpapan juga memiliki kawasan hutan mangrove. Hutan ini menjadi habitat bagi kepiting bakau yang renyah dan lezat. Dulunya hampir sebagai pesisir pantai yang berada di Teluk Balikpapan merupakan hutan mangrove. Namun kini karena pembangun bermacam fasilitas seperti dermaga, dan pelabuhan, membuat sebagai hutan tersebut hilang.
Salah satu kawasan hutan mangrove yang terbuka untuk wisatawan Mangrove Center yang didirikan Agus Bei. Tempat dengan luas 150 hektare itu berada di Kecamatan Balikpapan Utara, memanjang dari utara Teluk Balikpapan hingga Sungai Somber.
Kini Mangrove Center dikelola oleh 20 komunitas peduli mangrove. Mereka inilah yang selama ini berjasa dalam pelestarian mangrove yang jika tidak diawasi akan terjadi alih fungsi lahan. Padahal perlu waktu lama untuk mengembalikan mangrove seperti semula.
Di Mangrove Center wisatawan dapat mengenal sekitar 40 jenis mangrove yang didominasi pohon bakau jenis Rhizophora mucronata. Selain itu, di kawasan tersebut juga masih terdapat hewan endemik Kalimantan dengan ciri hidung panjang membesar di ujung, berwarna bulu putih di bagian bawah leher dan coklat di bagian lain yaitu Bekantan. Di tempat tersebut jumlahnya diperkirakan mencapai 400 ekor.
Dahulu sebelum dikembangkan oleh anggota komunitas, pengunjung dalam sehari hanya satu dua, orang. Namun sekarang bisa sampai 200 orang per bulannya. Beberapa wisatawan dari luar negeri umumnya dari Eropa sering datang ke tempat ini.
"Untuk menikmati indahnya hutan mangrove ini, wisatawan akan diajak menyusuri sungai di atas lahan 150 hektare menggunakan klotok atau kapal kayu," Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata Kota Balikpapan, Abdul Majid.
Adapun setiap perahu berkapasitas 10 orang bisa disewa dengan tarif 300 ribu rupiah satu kali perjalanan. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top