Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lebah Raksasa Ditemukan Kembali di Indonesia

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Disebut-sebut sudah punah, lebah raksasa Wallace (Megachile pluto) berhasil ditemukan kembali di hutan Indonesia.

Sebuah tim ilmuwan dan pelestari internasional telah mengumumkan temuan yang oleh banyak orang dianggap sebagai 'cawan suci'. Apa itu? Lebah raksasa. Ya, ilmuwan telah menemukan lebah - lebah raksasa Wallace.

Lebah (Megachile pluto) adalah yang terbesar di dunia. Jenis ini memiliki lebar sayap lebih dari enam sentimeter (2,5 inci). Terlepas dari ukurannya yang mencolok, lebah tersebut telah hilang dalam dunia sains sejak 1981.

Pada bulan Januari 2019, sebuah tim dengan misi untuk mencari dan mengabadikan gambar lebah raksasa Wallace berhasil menemukan kembali spesies tersebut. Ilmuwan menemukannya di hutan di wilayah Maluku Utara.

Temuan itu membangkitkan harapan bahwa kawasan hutan di sekitar penemuan masih menyimpan lebih banyak lagi spesies yang sangat langka ini. Ini akan merangsang penelusuran lebih lanjut.

Simon Robson dari Universitas Sydney yang juga anggota dalam tim ini mengatakan, di tengah penurunan global yang terdokumentasi dengan baik dalam keanekaragaman serangga, adalah luar biasa untuk menemukan bahwa spesies ikonik ini masih bertahan. "Ini sangat luar biasa," kata Robson.

Robson dan Glen Chilton, dari Saint Mary's University di Kanada, bergabung dengan Eli Wyman dari Universitas Princeton dan Clay Bolt, seorang fotografer konservasi dari Montana, untuk berhasil menemukan kembali lebah ini. Tim ini didukung oleh Global Wildlife Conservation, sebuah organisasi berbasis di Austin, Texas, yang menjalankan program Search for Lost Species.

"Sungguh menakjubkan melihat 'bulldog terbang', yakni serangga yang kami tidak yakin ada lagi," kata Clay Bolt, seorang fotografer sejarah alam yang menekuni lebah. Bolt jugalah yang mengambil foto dan video pertama dari spesies hidup ini setelah menghabiskan bertahun tahun meneliti habitat yang tepat dengan kolaborator dan anggota tim, Eli Wyman dari Universitas Princeton.

"Melihat betapa indah dan besarnya spesies ini dalam kehidupan nyata, mendengar suara sayap raksasanya yang gemuruh ketika terbang melewati kepalaku, sungguh luar biasa. Mimpiku sekarang adalah menggunakan penemuan kembali ini untuk mengangkat lebah ini menjadi simbol dari konservasi di bagian Indonesia ," tambah Bolt.

Lebah raksasa betina membuat sarangnya di gundukan rayap arboreal aktif ini, menggunakan mandibula besarnya untuk mengumpulkan resin pohon lengket. Gunanya untuk melapisi sarangnya dan melindunginya dari serangan rayap.

Dalam kondisi panas dan lembab, dan kadang-kadang selama hujan deras, tim mengamati puluhan gundukan rayap selama pencarian.

Baru pada hari terakhir dari lima hari pengamatan di area yang diamati, tim menemukan seekor raksasa Wallace betina yang hidup di sarang rayap arboreal di pohon sekitar 2,5 meter dari tanah.

Lebah ini dinamai setelah Alfred Russel Wallace bersama Charles Darwin dari teori evolusi melalui seleksi alam. Wallace, ahli entomologi Inggris, menemukan lebah raksasa yang menjelajahi pulau Bacan di Indonesia.

Dia menggambarkan lebah betina, yang kira-kira seukuran ibu jari manusia, sebagai "serangga besar seperti tawon hitam, dengan rahang yang sangat besar seperti kumbang rusa."

Lebah itu tidak terlihat lagi sampai tahun 1981, ketika entomolog Adam Messer menemukan kembali di tiga pulau Indonesia dan mampu mengamati beberapa perilakunya. Penelitiannya termasuk bagaimana ia menggunakan mandibula untuk mengumpulkan resin dan kayu untuk sarangnya. Sejak itu, tim lain mencari lebah, tanpa hasil.

"Penemuan kembali Messer memberi kita beberapa wawasan, tetapi kita tidak tahu apa-apa tentang serangga luar biasa ini," kata Wyman. "Saya berharap penemuan kembali ini akan memicu penelitian yang akan memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang lebah unik ini dan menginformasikan setiap upaya di masa depan untuk melindunginya dari kepunahan," tambah Wyman.

"Meskipun sedikit yang diketahui tentang lebah, spesies ini bergantung pada hutan dataran rendah primer untuk resin dan sarang rayap penghuni pohon," kata Bolt.

Di Indonesia, pembukaan hutan untuk pertanian, bagaimanapun, mengancam habitat spesies ini dan banyak lainnya. Menurut Global Forest, sepanjang 2001 dan 2017, Indonesia kehilangan 15 persen tutupan pohonnya.

Sebuah film dokumenter, In Search of the Giant Bee sekarang diproduksi oleh Vanessa Dylyn dari Matter of Fact Me. Dylyn bekerja sama dengan Glen Chilton. nik/berbagai sumber/E-6

Komentar

Komentar
()

Top