Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Lasem, Titik Awal Pendaratan Bangsa Tiongkok di Jawa

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Sementara itu Kelenteng Gie Yong Bio merupakan salah satu tempat peribadatan umat Tridharma. Kelenteng ini memiliki keistimewaan karena dibangun untuk menghormati tiga pahlawan Lasem yaitu Tan Kee Wie, Oey Ing Kiat, dan Raden Panji Margono.

Kelenteng ini dianggap sebagai satu-satunya kelenteng di Indonesia yang memiliki kongco (kakek buyut) pribumi untuk menghormati Raden Panji Margono sebagai dewa oleh komunitas Tionghoa di Lasem dan fakta ini amat unik karena menjadi bukti persahabatan leluhur kedua komunitas.

Sejarahnya terjadi pada 1740, saat masyarakat Tionghoa di Batavia melakukan pemberontakan melawan pemerintahan Belanda. Pemberontakan etnis tersebut mempengaruhi hampir seluruh Pulau Jawa dan Kota Lasem menjadi basis terakhir pemberontakan. Pada peristiwa itu, etnis Jawa dan Tionghoa bekerja sama.

Raden Panji Margono, putra Tejakusuma V yang menjabat sebagai Adipati Lasem (1714-1727), mengikat tali persaudaraan dengan Mayor Oei Ing Kiat. Keduanya juga mengangkat sumpah persaudaraan dengan Tan Kee Wie, seorang pengusaha serta ahli kungfu di Lasem.

Pada saat terjadi pengungsian besar-besaran etnis Tionghoa dari Batavia pada tahun 1741, ketiganya sepakat untuk mengangkat senjata memberontak terhadap VOC, meski akhirnya kalah. Pada 1750, Raden Panji Margono, Mayor Oei Ing Kiat, bersama Kyai Ali Badawi kembali mengobarkan peperangan dengan Belanda namun kalah lagi.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Wahyu AP

Komentar

Komentar
()

Top