Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Lakukan Aktivitas Fisik untuk Hindari PTM

Foto : ISTIMEWA

» Ilustrasi seorang perempuan yang tengah melakukan aktivitas rumah tangga. Aktivitas rumah tangga seperti mengepel atau menyapu lantai merupakan salah satu gerakan untuk menganti sipasi terjangkitnya penyakit tidak menular (PTM).

A   A   A   Pengaturan Font

Berdasarkan Riskesdas 2013, angka kejadian penyakit tidak menular (PTM) semakin meningkat dan menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia. Penyakit itu antara lain hipertensi (25,8 persen), obesitas (15,4 persen), stroke (12,1 persen), diabetes mellitus-DM(2,3 persen), penyakit jantung koroner (1,5 persen), dan gagal ginjal kronis (0,2 persen).

Umumnya PTM disebabkan gaya hidup tidak sehat, salah satunya kurang aktivitas fisik. Padatnya kesibukan serta mobilitas yang tinggi membuat masyarakat kurang mengalokasikan waktu untuk berolah raga.

Selain itu, teknologi canggih semakin memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan, sehingga aktivitas yang membutuhkan gerak tubuh pun semakin berkurang.

"Ancaman PTM terhadap masyarakat di era modern sekarang ini semakin serius. Gaya hidup yang kurang baik seperti merokok, diet yang tidak sehat, maupun kurang aktivitas fisik merupakan beberapa faktor penyebab tingginya angka PTM di Indonesia," ujar Lily Sulistyowati, Direktur Pencegahan & Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Kurangnya aktivitas fisik pun mengakibatkan tren PTM berubah, yang awalnya hanya diderita kelompok lansia, kini sudah ditemukan di kelompok usia muda (0-15 tahun) dan kelompok usia produktif (15-65 tahun).

Rutin beraktivitas fisik dapat memberikan manfaat baik bagi tubuh, di antaranya mencegah penyakit, meningkatkan stamina, menguatkan dan menyehatkan, meningkatkan fleksibilitas, mengontrol berat badan, serta meningkatkan kualitas hidup.

Aktif bergerak di rumah dapat dilakukan dengan melakukan pekerjaan rumah sendiri, berkebun atau membersihkan halaman, bermain bersama anak, dan mengasuh anak. Sedangkan aktif bergerak di tempat kerja dapat dilakukan dengan menggunakan tangga daripada lift dan mengikuti kegiatan senam bersama di kantor.

"Untuk aktif bergerak di tempat umum dapat dilakukan dengan tetap berjalan walaupun di eskalator, memanfaatkan taman kota untuk beraktivitas fisik, perbanyak bermain di ruang terbuka (basket, bulu tangkis, bersepeda)," kata Lily.

Sementara itu, aktif bergerak di perjalanan dapat dilakukan dengan bersepeda ke sekolah atau kantor, berhenti 1-2 halte sebelum tempat yang dituju, dan parkir di tempat yang agak jauh dari lokasi yang dituju.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, aktivitas fisik harus dilakukan dengan prinsip Baik Benar Terukur dan Teratur (BBTT). Baik adalah aktivitas fisik yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan kemampuan supaya tidak menimbulkan dampak yang merugikan, dilakukan di lingkungan yang sehat, aman, nyaman, tidak rawan cedera, menggunakan pakaian dan sepatu yang nyaman.

Benar adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara bertahap dan dimulai dari latihan pemanasan (termasuk peregangan), latihan inti (latihan pada intensitas yang dituju), latihan pendinginan (termasuk peregangan).

"Sedangkan Terukur adalah aktivitas fisik yang dilakukan dengan mengukur intensitas dan waktu latihan. Kemudian, Teratur adalah aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur 3-5 kali dalam seminggu dengan selang waktu istirahat," jelas Lily.

Selain rutin menjalankan aktivitas fisik, masyarakat juga dihimbau untuk membatasi kegiatan sedentari. Kegiatan sedentari adalah segala jenis kegiatan yang dilakukan di luar waktu tidur, dengan karakteristik keluaran kalori sangat sedikit yakni <1.5 METs.

Contoh perilaku sendentari adalah berbaring atau duduk dalam waktu lama, seperti menonton TV, bermain video game, dan duduk lama di depan komputer, menggunakan lift meskipun akses tangga tersedia, dan perubahan kebiasaan.

"Masyarakat diharapkan aktif bergerak sesuai kemampuan dan kondisi tubuh. Untuk pemula dapat dimulai dengan jalan atau jalan cepat selama 10 menit, setelah itu durasi ditingkatkan secara bertahap. Setelah mencapai durasi 30 menit, latihan fisik dapat diganti aktivitas lain seperti bersepeda, berenang, dan senam aerobik," imbuh Lily. san/R-1

Dukung Program Nasional Germas

Dalam rangka mempercepat serta mensinergikan upaya promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan akibat penyakit, pemerintah telah mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).

GERMAS merupakan gerakan yang digagas pemerintah untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran berperilaku hidup sehat di kalangan masyarakat Indonesia. Fokus utama GERMAS untuk 2016-2017 yakni melakukan olah raga secara teratur, konsumsi sayur dan buah, serta memeriksa kesehatan secara berkala.

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Kemenkes, dr HR Dedi Kuswanda, MKes, mengatakan GERMAS diharapkan dapat membangkitkan kesadaran dan motivasi keluarga dan masyarakat bahwa sehat harus dimulai dari diri sendiri.

"Sebab, saat ini Indonesia menghadapi tantangan berupa perubahan pola gaya hidup masyarakat yang ditengarai menjadi penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Pergeseran pola penyakit dapat dilihat dari beberapa fakta diantaranya, pada era 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan Diare.

Namun sejak 2010, penyakit tidak menular (PTM) seperti Stroke, Jantung, dan DM memiliki proporsi lebih besar di pelayanan kesehatan. Hal ini dipicu oleh perubahan pola gaya hidup masyarakat ke arah gaya hidup tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, kurang mengonsumsi sayur dan buah, merokok, konsumsi alkohol, dan lainnya.

"Produktivitas dan kemajuan negara ini mendapat tantangan dari sisi kesehatan dengan berbagai fakta di atas. Maka dari itu, gerakan positif ini perlu didukung dari berbagai pihak," ujar Patrick A. Kalona, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia.

Dewan Pakar Ilmiah International Alliance of Dietary Supplement Associations (IADSA) Andrew Show mengatakan para pelaku di industri nutrisi telah menyadari terjadinya fenomena pergeseran pola gaya hidup yang akan berakibat pada pergeseran pola penyakit.

"Ilmuwan gizi dan pembuat kebijakan di negara maju telah menggeser fokus mereka dari sebelumnya berurusan dengan penyakit yang disebabkan kekurangan nutrisi ke paradigma baru yang bertujuan untuk mengatasi kondisi kelebihan nutrisi. Keilmuan tentang nutrisi telah melakukan evolusi, mulai dari menggunakan pendekatan reduksionis," ucapnya.

Ia melanjutkan, pendekatan ini telah diperluas dalam beberapa tahun terakhir untuk menjadi lebih holistik agar masyarakat lebih memahami peran nutrisi dalam konteks yang lebih luas dari pola diet. san/R-1

Komentar

Komentar
()

Top