Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Survei Wahid Institute

Kurangi Ketimpangan untuk Atasi Intoleransi

Foto : koran jakarta /sibatang kayu

kurangi intoleransi - Direktur Wahid Foundation, Yenny Zannuba Wahid ketika berbicara mengenai cara mengatasi intoleransi, di Jakarta, Kamis (9/5).

A   A   A   Pengaturan Font

Jakarta - Dalam sejumlah riset dan survei Wahid Foundation (WF) mencatat, salah satu faktor utama penyebab intoleransi adalah perasaan terpinggirkan dan terampas dari kehidupan sosial, politik atau ekonomi. Disebut juga sebagai perasaan teralineasi dan terdeprivasi. Masih dalam laporan yang sama, penilaian terhadap ekonomi nasional -termasuk terhadap kondisi keagamaan dan penegakan hukum-juga menjadi salah satu faktor paling berpengaruh meningkatkan resiko tindakan radikalisme, atau aksi-aksi untuk mendukung atau berpartisipasi dalam tindakan kekerasan. Sebanyak 4.2 persen responden mengaku jika kondisi keamanan, penegakan hukum, dan ekonomi nasional dinilai buruk. Sementara 44.5 persen menyatakan baik, dan 51.3 persen menyatakan sedang.

Perasaan terancam, terdeprivasi, atau penilaian terhadap kondisi nasional belum tentu sejalan fakta obyektif. Ia bersifat subyektif dan bahkan bisa bertolakbelakang dengan kenyataan. Perasaan semacam ini dengan begitu berkaitan dengan pengetahuan, informasi yang diterima, atau sikap serta pandangan mereka yang sudah terbentuk sebelumnya.

"Bisa dipahami jika perasaan semacam ini dapat kian membesar lewat informasi berisi berita palsu atau ujaranujaran kebencian yang beredar di media sosial. Apalagi masih dijumpai ketimpangan ekonomi dan sosial di tengah masyarakat. Di sinilah perusahaan media sosial dan pers berperan besar dalam mengurangi intoleransi," kata Direktur Wahid Foundation Yenny Zannuba Wahid, Kamis (9/5). Pernyataan ini disampaikan puteri kedua mendiang KH. Abdurrahman Wahid ini dalam diskusi bertajuk "Peran Media memperkuat Toleransi" di Rumah Pergerakan Gus Dur di Jalan Taman Amir Hamzah, Menteng, Jakarta Pusat. Perhelatan ini juga sekaligus menandai aktifnya kembali Yenny di lembaga yang didirikannya pada 2004 itu. Yenny mengatakan Jika di Indonesia intoleransi muncul terjadi dalam bentuk diskriminasi terhadap kelompok Kristen, Ahmadiyah, Syiah, LGBT, atau mereka yang beberda pilihan politik, maka di di sejumlah negara berat lahir dalam bentuk islamophobia, anti-semitisme, atau anti kaum imigran. n

uky/AR-3

Komentar

Komentar
()

Top