Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Konsumsi BBM - Disparitas Harga Solar Subsidi dengan Harga Keekonomian Masih Tinggi

Kuota Solar Subsidi Rawan Jebol

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memastikan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi di seluruh stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) dalam posisi aman usai kenaikan harga energi tersebut. Meskipun harga dinaikkan, kuota solar subsidi tetap rawan jebol karena minimnya pengawasan di lapangan dan disparitas harga yang tinggi.

Dari pantauan lewat Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC), untuk ketersediaan stok BBM subsidi jenis pertalite berada di level 18 hari, sedangkan jenis solar dalam posisi 20 hari dan terus diproduksi. Pertamina juga memastikan seluruh kilang beroperasi secara penuh.

"Kami memastikan stok BBM subsidi di SPBU dalam kondisi aman dan kami terus melakukan pemantauan kondisi penyaluran BBM Subsidi di lapangan," tegas Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, saat memantau ketersediaan BBM di PIEDCC, di Jakarta, akhir pekan lalu.

Nicke menambahkan melalui PIEDCC, Pertamina juga dapat memastikan penjualan BBM mengikuti ketentuan dalam Peraturan Presiden (Perpres) 191/2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM, sehingga kendaraan tidak dapat melakukan pembelian secara berulang dengan volume yang tidak wajar.

Nicke mengatakan lewat pantauan PIEDCC, Pertamina dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam memastikan ketersediaan stok BBM hingga di SPBU. PIEDCC juga menyajikan data penyaluran energi secara realtime di seluruh rantai distribusi, mulai kilang, terminal BBM, hingga SPBU.

Dia mengatakan, setelah penyesuaian harga baru ini, subsidi pemerintah masih tetap ada. Karena itu, harga jual pertalite dan solar masih tetap di bawah harga keekonomian dan masih lebih murah dibandingkan harga kompetitor atau beberapa negara lain dengan spesifikasi sejenis.

Seperti diketahui, pemerintah menyesuaikan harga BBM subsidi pertalite menjadi 10 ribu rupiah per liter dari sebelumnya 7.650 rupiah per liter mulai Sabtu pukul 14.30 WIB, sementara untuk solar naik menjadi 6.800 rupiah per liter dari 5.150 rupiah per liter. Selain itu, harga BBM nonsubsidi jenis pertamax naik menjadi 14.500 rupiah per liter dari 12.500 rupiah per liter.

Revisi Aturan

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi), Sofyano Zakaria, menegaskan, meskipun harga BBM subsidi telah dinaikkan, tetapi kuota solar atau kuota pertalite untuk 2022 tetap rawan jebol apabila hanya mengandalkan kenaikan harga saja.

Dia berpandangan, Perpres 191/2014 informasinya sedang direvisi, seharusnya revisi beleid tersebut diluncurkan bersamaan dengan pengumuman kenaikan harga BBM. "Mana Peraturan Presiden 191/2014 yang katanya sedang direvisi? Kenapa tidak diluncurkan bersamaan dengan pengumuman kenaikan harga BBM?" tanya Sofyano.

Dia menjelaskan kenaikan harga solar subsidi yang hanya sebesar 1.650 rupiah per liter akan tetap sangat menarik untuk terjadinya penyelewengan solar ke industri. "Selisih solar subsidi dengan harga keekonomian sangat tinggi, sekitar 9.000 rupiah per liter. Disparitas harga yang sangat tinggi ini, pasti banyak yang tertarik dengan nilai ini?" pungkas Sofyano.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top