Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Pandemi

Kunjungan Wisman Naik, tapi Belum Normal

Foto : ANTARA/Muhammad Adimaja

Arsip Foto - Wisatawan mancanegara (wisman) beraktivitas di kawasan Kota Tua, Jakarta, Kamis (26/12/2019)

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Ibu Kota mulai menunjukkan tren pemulihan dengan jumlah kunjungan pada Oktober mencapai 13.731 orang atau naik 213 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
"Tahun 2019 kunjungan wisman stabil, kemudian 2020 anjlok kemudian Mei merangkak dan 2021 mulai pulih sehingga kunjungan mulai meningkat meski tidak seperti kondisi normal 2019," kata Kepala BPS DKI Anggoro Dwitjahyono di Jakarta, Rabu (1/12).
Adapun wisatawan dari lima negara terbesar yang berkunjung ke Jakarta pada Oktober 2021 adalah Tiongkok mencapai 3.128 orang, kemudian diikuti Korea Selatan sebanyak 1.233 orang, India (774), Rusia (719) dan Jepang (708).
Meski demikian, selama periode Januari-Oktober 2021 jumlah kunjungan di Jakarta menurun mencapai 83.624 orang atau turun 79,1 persen jika dibandingkan periode sama pada 2020 mencapai 399.665 orang karena terdampak pandemi Covid-19.
Tren pemulihan kunjungan wisatawan mancanegara juga terlihat pada tingkat penghunian kamar (TPK) yang selama Oktober 2021 mencapai 50,6 persen atau naik 8 persen dibandingkan September 2021.
Sedangkan dibandingkan Oktober 2020 atau secara tahunan, TPK juga naik 6,3 persen. Sementara itu, TPK paling tinggi terjadi di hotel bintang lima mencapai 59,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya atau naik 15,9 persen dibandingkan September 2021.
"Secara umum TPK 2021 lebih tinggi dari 2020 kecuali awal tahun atau puncak pandemi Juli-Agustus. TPK hotel bintang ini menunjukkan peningkatan relatif lumayan meski belum pulih," kata Anggoro.

Inflasi Tertinggi
BPS DKI Jakarta juga mencatat inflasi pada November 2021 sebesar 0,40 persen, tertinggi sejak 2019, karena pelonggaran PPKM level satu.
"Inflasi November 2021 sebesar 0,40 persen, tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Pada 2019 tertinggi 0,26 persen dan 2020 tertinggi 0,27 persen," kata Anggoro.
Inflasi yang terjadi pada November 2021 didorong oleh pelonggaran PPKM di Jakarta yang saat itu menjadi level satu.
"Aktivitas masyarakat menjelang akhir tahun yang meningkat mendorong terjadinya permintaan terhadap barang dan jasa, sehingga memicu harga-harga bergerak naik," katanya.
Anggoro menjabarkan komoditas penyumbang inflasi pada November 2021 adalah minyak goreng dengan besaran mencapai 0,08 persen, daging ayam ras 0,07 persen, dan angkutan udara 0,05 persen.


Redaktur : Sriyono
Penulis : Sriyono

Komentar

Komentar
()

Top