Kuatkan Solidaritas Asean Demi Cegah Kolonialisme Baru
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan ditemui usai membuka agenda “Forum Bisnis dan Infrastruktur Kawasan Sungai Mekong” dalam rangkaian Trade Expo Indonesia (TEI) 2024 di Tangerang, Banten, Jumat (11/10/2024).
Foto: ANTARA/Nabil IhsanJAKARTA - Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nurul Ichwan menegaskan pentingnya solidaritas dan semangat Asean dalam menghadapi tantangan ekonomi bersama dan mencegah kolonialisme baru.
Ichwan menyebut bahwa kolonialisme barutersebut muncul ketika negara-negara maju berupaya mengeksploitasi sumber daya yang dimiliki kawasan-kawasan berkembang seperti kawasan Asia Tenggara dengan teknologi baru.
"Kalau kita tak menguasai teknologi, sumber daya alam kita miliki bisa dikuasai oleh mereka yang mengendalikan teknologi untuk 'menguasai dunia' dengan nilai tambah yang luar biasa, sementara kita hanya menikmati sumber daya alam dengan harga yang murah," kata Deputi BKPM di Tangerang, Jumat.
Ditemui usai membuka agenda "Forum Bisnis dan Infrastruktur Kawasan Sungai Mekong" dalam rangkaian Trade Expo Indonesia (TEI) 2024, Ichwan mengatakan bahwa untuk mencegah dampak "kolonialisme baru" itu, negara-negara Asean harus bergerak sebagai satu kekuatan.
Negara-negara Asean patutnya saling berkoordinasi serta saling membantu dalam mengoptimalkan pembangunan sumber daya nasional dan menguasai teknologi baru, ucap Ichwan.
Hal tersebut adalah untuk memastikan semua negara anggota Asean memiliki daya saing dan kemampuan yang sama dalam menciptakan nilai tambah atas sumber-sumber daya di dalam negeri masing-masing.
"Harus ada Semangat Asean yang mencerminkan komitmen anggotanya berbuat bersama demi kebangkitan dan kemakmuran Asean," kata dia.
Ichwan mengatakan, solidaritas Asean juga akan mencegah salah satu anggotanya yang kurang berkembang mengambil inisiatif sepihak untuk "membuat perjanjian bebas dengan negara maju yang justru menguntungkan kepentingan negara maju dan merugikan negara-negara Asean yang lain."
Dalam kesempatan yang sama, Duta Besar RI untuk Kamboja Santo Darmosumarto menyoroti salah satu dampak tiadanya solidaritas Asean adalah anggota-anggotanya akan rentan terhadap diskriminasi dagang di pasar internasional.
"Kita harus bisa kembangkan solidaritas in bersama-sama karena kita berada di posisi yang sama sebagai negara berkembang," kata Santo.
Berita Trending
- 1 Pemerintah Sosialisasikan Hasil COP29 Sembari Meluncurkan RBC-4
- 2 Regulasi Baru, Australia Wajibkan Perusahaan Teknologi Bayar Media Atas Konten Berita
- 3 Ini yang Dilakukan Pemkot Jaksel untuk Jaga Stabilitas Harga Bahan Pokok Jelang Natal
- 4 RI Harus Antisipasi Tren Penguatan Dollar dan Perubahan Kebijakan Perdagangan AS
- 5 Jika Alih Fungsi Lahan Pertanian Tak Disetop, Indonesia Berisiko Krisis Pangan
Berita Terkini
- AS Umumkan Bantuan Keamanan Baru Rp8,01 Triliun untuk Perkuat Pertahanan Ukraina
- Warga Harus Waspada, BMKG Perkirakan Cuaca Ekstrem Landa Jateng 16-23 Desember
- Mitra Tours And Travel Meraih Dua Penghargaan di Indonesia Digital Innovation & Achievement Awards 2024
- Ayo Perkuat Toleransi, Wali Kota Surabaya Ajak Warga Jaga Kerukunan saat Natal
- Polda DIY bekuk tiga tersangka penipuan bermodus pinjaman Rp25 miliar