Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Krisis Kesehatan Akibat Gelombang Panas Intai Anak-anak di Seluruh Dunia

Foto : Dok. UNICEF

Ilustrasi krisis akibat gelombang panas.

A   A   A   Pengaturan Font

Sebanyak 60 juta atau 99 persen anak Indonesia akan mengalami gelombang panas atau heatwave yang lebih sering pada 2025, dengan 2,3 juta anak dihadapkan pada suhu tinggi ekstrim, yang tentunya berimplikasi pada kualitas hidup seseorang.

Menurut UNICEF, 559 juta anak-anak saat ini mengalami setidaknya empat hingga lima gelombang panas berbahaya setiap tahun. Namun, jumlah itu meningkat menjadi lebih dari 2 miliar anak atau hampir setiap anak di bumi akan menghadapi gelombang panas berbahaya pada 2025. Bagi ratusan juta anak, gelombang panas juga akan berlangsung lebih lama dan lebih ekstrem, meningkatkan ancaman kematian, penyakit, kelaparan, dan migrasi paksa. Mirisnya, ancaman itu akan tetap menghantui anak-anak di dunia walaupun pemanasan global dibatasi hingga 1,7 derajat Celcius pada 2025 sesuai 'skenario emisi gas rumah kaca rendah'.

Dalam skenario terburuk, kenaikan 2,4 derajat Celcius yang disebabkan oleh pembakaran terlalu banyak bahan bakar fosil, sekitar 94 persen anak-anak di dunia akan menghadapi peristiwa gelombang panas yang rata-rata berlangsung selama 4,7 hari atau lebih lama. Setiap wilayah dipengaruhi oleh gelombang panas dengan cara yang berbeda, dengan gelombang panas yang semakin parah diperkirakan akan lebih terlihat di Eropa dan semakin banyak negara di Afrika dan Asia yang terpapar suhu ekstrim lebih dari 35 derajat Celcius selama berhari-hari.

"Anak-anak yang paling tidak bertanggung jawab atas perubahan iklim menanggung biaya terbesarnya. Afrika bertanggung jawab atas kurang dari 4 persen emisi global tetapi menderita beberapa dampak paling brutal dari krisis iklim. Nyawa hilang dari penyebab yang dapat dicegah karena dunia bertindak terlalu lambat dalam mitigasi dan tidak memberikan dukungan yang cukup untuk adaptasi," ujar Aktivis iklim, Duta Niat Baik UNICEF Vanessa Nakate.

Dalam laporan bertajuk The Coldest Year of the Rest of Their Lives, UNICEF menyebut anak-anak lebih rentan terhadap dampak peristiwa panas dan gelombang panas yang ekstrim daripada orang dewasa. Bayi dan anak kecil kurang mampu untuk mengatur suhu tubuh mereka dibandingkan dengan orang dewasa, menempatkan mereka lebih berisiko saat terkena panas tinggi. Anak-anak juga menghabiskan lebih banyak waktu di luar ruangan daripada orang dewasa untuk bermain, olahraga, dan aktivitas lainnya, menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar untuk cedera panas.
Halaman Selanjutnya....


Editor : Fiter Bagus
Penulis : Suliana

Komentar

Komentar
()

Top