Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Semenanjung Korea I Menteri Unifikasi Korsel Beberkan Kekuatan Senjata Nuklir Korut

Korut Miliki 60 Senjata Nuklir

Foto : AFP/Jung Yeon-Je

Cho Myoung-gyon

A   A   A   Pengaturan Font

Menteri Unifikasi Korsel memperkirakan Korut saat ini memiliki lebih dari 60 senjata nuklir. Informasi rahasia ini didapat menteri itu dari otoritas intelijen.

SEOUL - Seorang menteri dari Korea Selatan (Korsel) menyatakan pada parlemen bahwa Korea Utara (Korut) diperkirakan memiliki lebih dari 60 senjata nuklir. Informasi rahasia terkait kekuatan persenjataan Korut ini, merupakan yang pertama kalinya didengar oleh publik di Korsel.

Adapun menteri Korsel yang membuat pernyataan pada parlemen itu adalah Menteri Unifikasi Cho Myoung-gyon. "Diperkirakan kekuatan persenjataan nuklir Korut berkisar dari 20 bom hingga yang terbanyak 60 bom nuklir," kata Cho pada Senin (1/10).

Pernyataan Cho itu diduga tercetus secara tak sengaja ketika ia menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh anggota parlemen. Saat menjawab, Cho menegaskan bahwa informasi rahasia itu didapatnya dari otoritas intelijen.

Pada Selasa (2/10), Kementerian Unifikasi Korsel mengeluarkan pernyatan resmi bahwa komentar Cho terkait kekuatan senjata nuklir Korut bukan berarti Korsel mau menerima Korut sebagai negara dengan kekuatan nuklir. Hal ini ditujukan bahwa upaya diplomatik Korsel untuk menyingkirkan program nuklir Korut akan terus dilanjutkan.

Perkiraan yang dipegang Korsel, tak jauh berbeda dengan perkiraan yang dilontarkan pihak lain yang membuat estimasi kekuatan persenjataan nuklir Pyongyang berdasarkan jumlah material nuklir yang bisa diproduksi Korut.

Berdasarkan laporan pemerintah Korsel, Korut diperkirakan telah memproduksi 50 kilogram plutonium yang cukup untuk membuat 8 senjata nuklir, Namun sebelumnya Korut mengklaim bisa membuat satu hulu ledak nuklir dari atau kurang dari 8 kilogram plutonium.

Berdasarkan keterangan dari ilmuwan dari Stanford University yang pernah berkunjung ke fasilitas nuklir di Yongbyon, Korut, pada 2010, Korut diperkirakan telah memiliki cadangan uranium yang diperkaya sebanyak 250 hingga 500 kilogram yang cukup untuk membuat 25-30 bom nuklir.

Sementara itu banyak analis asing mengatakan Korut secara diam-diam telah memiliki kilang pengayaan uranium. Jika hal ini benar, maka jumlah kekuatan persenjataan nuklir Korut akan lebih besar lagi.

Sejak awal tahun ini, Korut sedang melakukan negosiasi yang cukup intens dengan Korsel maupun Amerika Serikat (AS), terkait rencana denuklirisasi. Namun negosiasi nuklir ini tersendat karena mempertanyakan ikhtikad Korut dalam menjalan komitmen perlucutan senjata nuklir.

Tolak Imbalan

Pada saat bersamaan diwartakan bahwa pemerintah Korut menolak syarat denuklirisasi dengan imbalan perdamaian yang mengakhiri Perang Korea seperti ditawarkan AS. "Kesepakatan damai tak boleh dijadikan sebagai bagian dari proses tawar menawar," demikian dinyatakan kantor berita Korut, KCNA, pada Selasa (2/10).

Korut telah lama menuntut AS agar secara resmi menyatakan diakhirinya konflik di Semenanjung Korea pada 1950-1953 yang hingga saat ini terhenti lewat gencatan senjata.

Saat pertemuan tingkat tinggi antar-Korea yang mempertemukan Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, dan pemimpin Korut, Kim Jong-un, pada September lalu, Kim menawarkan perlucutan kompleks nuklir Yongbyon dengan harapan AS mau memberikan imbalan yang setimpal.

Sejauh ini Korut tak mau merinci imbalan bagi denuklirisasi, namun sejumlah pakar dari AS memperkirakan Pyongyang menginginkan diakhirinya sanksi internasional terhadap negaranya. Sebelumnya Duta Besar Korut untuk PBB, Ri Yong-ho, menyatakan bahwa negaranya tak akan melakukan denuklirisasi terlebih dahulu jika AS terus memperketat tekanan sanksi terhadap Pyongyang.

AFP/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top