Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Krisis Semenanjung Korea I Pyongyang Pun Diduga Sedang Persiapkan Peluncuran Satelit

Korut Diduga Sedang Ekstraksi Plutonium bagi Senjata Nuklir

Foto : AFP/KCNA VIA KNS

Roket Korut I Gambar yang dirilis kantor berita KCNA pada 31 Mei lalu memperlihatkan sebuah roket yang membawa satelit militer Korut sedang meluncur ke angkasa. Kantor berita KBS melaporkan bahwa Korut diprediksi akan meluncurkan kembali satelit pengintai militer untuk ketiga kalinya jelang 10 Oktober mendatang.

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL - Kementerian Pertahanan Korea Selatan (Korsel) pada Kamis (5/10) mengatakan bahwa pihaknya sedang memantau dengan cermat lokasi reaktor nuklir Korea Utara (Korut) setelah media lokal melaporkan operasinya dihentikan sementara, yang berpotensi bahwa reaktor itu sedang mengekstraksi plutonium bagi senjata nuklir.

Surat kabar Donga Ilbo pada Rabu (4/10) melaporkan bahwa sumber-sumber intelijen di Seoul dan Washington DC telah mendeteksi tanda-tanda reaktor lima megawatt di Yongbyon untuk sementara menghentikan operasinya pada akhir bulan lalu.

Penangguhan ini bisa menjadi indikasi bahwa bahan bakar bekas sedang diproses ulang untuk mengekstraksi plutonium untuk digunakan dalam senjata nuklir, laporan tersebut mengutip sumber pemerintah.

"Otoritas intelijen Korsel dan Amerika Serikat (AS) memantau dengan cermat pergerakan terkait informasi ini," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Jeon Hak-kyou, kepada wartawan ketika ditanya tentang laporan tersebut pada konferensi pers harian.

Terletak sekitar 100 kilometer (60 mil) utara Pyongyang, Yongbyon adalah lokasi bagi reaktor nuklir pertama Korut dan merupakan satu-satunya sumber plutonium untuk program senjata terlarang Korut.

Pyongyang pekan lalu menetapkan statusnya sebagai negara nuklir dalam konstitusinya, dan pemimpinnya Kim Jong-un menyerukan pengembangan senjata atom yang lebih modern untuk melawan ancaman yang dirasakan dari AS.

Korut telah melakukan sejumlah uji coba misil pada tahun ini meskipun menghadapi sanksi internasional, mengabaikan peringatan dari AS, Korsel, dan sekutu mereka. Upaya-upaya diplomasi berulang kali gagal, karena Pyongyang menolak perundingan tingkat kerja dan para pakar melihat kecilnya peluang realistis untuk meyakinkan Korut untuk menghentikan program nuklir mereka.

Korut diketahui telah melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 2006, dan melakukan uji coba nuklir keenam dan terkuat pada September 2017. Uji coba tersebut telah meningkatnya kekhawatiran bahwa negara tersebut sedang mempersiapkan uji coba lainnya dalam upaya mengembangkan hulu ledak nuklir taktis.

Sebuah laporan yang diterbitkan tahun ini oleh Layanan Penelitian Kongres AS mengutip perkiraan eksternal bahwa Korut sudah memiliki cukup bahan nuklir untuk 20 ??hingga 60 hulu ledak. Korut pun dilaporkan secara aktif mengupayakan pengembangan hulu ledak yang lebih kecil agar sesuai dengan berbagai sistem pengiriman.

Peluncuran Satelit

Sementara itu kantor berita KBS melaporkan bahwa Korut diprediksi akan meluncurkan satelit pengintai militer untuk ketiga kalinya menjelang hari Pendirian Partai Buruh Korut pada 10 Oktober mendatang.

Korut sebelumnya telah meluncurkan roket Chollima-1 dan Malligyong-1 pada 31 Mei dan 24 Agustus lalu yang membawa satelit pengintai militer, namun misi peluncuran itu mengalami kegagalan.

Pada waktu itu, Korut mengatakan akan melakukan peluncuran satelit ketiga pada Oktober setelah menyelidiki penyebab kegagalan peluncuran sebelumnya secara menyeluruh.

Akan tetapi, belum ada tanda-tanda persiapan untuk peluncuran satelit pengintai militer di Korut. Pihak Pyongyang justru hanya mengeluarkan enam pernyataan saja dalam enam hari terakhir sejak 30 September hingga Rabu (4/10) kemarin. AFP/KBS/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : AFP

Komentar

Komentar
()

Top