Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Korea Utara: Peluncuran Satelit Mata-mata Gagal Karena Meledak di Udara

Foto : AFP/JUNG YEON-JE

Seorang wanita melewati televisi di Seoul, Korea Selatan pada 31 Mei 2023, yang menayangkan berita peluncuran roket Korea Utara.

A   A   A   Pengaturan Font

SEOUL/WASHINGTON - Korea Utara pada Selasa (28/5) mengatakan upaya peluncuran roket terbarunya yang membawa satelit pengintai militer berakhir dengan kegagalan karena roket meledak di udara selama penerbangan tahap pertama minggu ini.

Menurut laporan Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikutip Yonhap, Wakil Direktur Jenderal Administrasi Teknologi Dirgantara Nasional (NATA) Korea Utara mengatakan roket yang membawa satelit, Malligyong-1-1, meledak setelah lepas landas dari Tempat Peluncuran Satelit Sohae di pantai barat laut negara itu pada hari Senin (27/5).

Peluncuran dilakukan beberapa jam setelah Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, dan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang mengadakan pertemuan puncak trilateral di Seoul dan menegaskan kembali komitmen mereka untuk mendorong perdamaian di Semenanjung Korea.

Hal ini bertentangan dengan peringatan dan kritik internasional bahwa setiap peluncuran yang menggunakan teknologi rudal balistik, termasuk kendaraan peluncuran luar angkasa, bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB).

"Peluncuran gagal karena ledakan udara dari roket pembawa satelit tipe baru selama penerbangan tahap pertama," lapor KCNA, mengutip pejabat NATA.

Pemeriksaan pendahuluan oleh para ahli dari komite persiapan peluncuran Korea Utara menyimpulkan bahwa "kecelakaan" itu disebabkan oleh keandalan operasional mesin "oksigen cair plus minyak bumi" yang baru, kata pejabat itu.

Penyebab kegagalan lainnya juga akan diperiksa, menurut KCNA.

Tak lama setelah peluncuran, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan roket Korea Utara berakhir dalam bentuk "puing-puing" yang merupakan indikasi bahwa peluncuran satelit tidak berjalan dengan baik.

JCS mendeteksi roket diluncurkan ke arah selatan di atas Laut Kuning dari daerah Tongchang-ri di barat laut negara itu sekitar pukul 22.44 pada hari Senin.

Pyongyang sebelumnya telah memberi tahu Jepang tentang rencana peluncuran satelit sebelum tanggal 4 Juni dan menetapkan tiga wilayah, di mana puing-puing roket akan jatuh, sebagai tindakan pencegahan demi keselamatan.

Rezim Kim Jong Un berencana meluncurkan tiga satelit ke orbit tahun ini. Pada November lalu, mereka mengatakan berhasil menempatkan satelit mata-mata militer pertamanya ke orbit.

Segera setelah peluncuran tersebut, Kantor Keamanan Nasional Kepresidenan Korsel memberi pengarahan kepada Presiden Yoon mengenai hal tersebut, menurut kantornya. Penasihat Keamanan Nasional Chang Ho-jin memimpin pertemuan pejabat senior keamanan presiden.

Para peserta pertemuan mengecam peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi DK PBB dan tindakan provokatif yang mengancam perdamaian dan keamanan di Semenanjung Korea, di Asia Timur Laut dan komunitas internasional, menurut kantor tersebut.

Komando Indo-Pasifik AS mengkritik peluncuran roket Korea Utara, dengan mengatakan pihaknya menilai situasi melalui koordinasi yang erat dengan sekutu dan mitra.

"Kami menyadari peluncuran DPRK pada tanggal 27 Mei yang menggunakan teknologi rudal balistik, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap beberapa resolusi DK PBB, meningkatkan ketegangan dan berisiko mengganggu stabilitas situasi keamanan di kawasan dan sekitarnya," kata Komando Indo-Pasifik dalam sebuah pernyataan.

DPRK adalah singkatan dari nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea.

Pada Senin, Militer Korea Selatan memperingatkan akan mengambil langkah-langkah "kuat" sebagai tanggapan terhadap rencana peluncuran Korea Utara, dan mengadakan latihan udara yang melibatkan jet tempur canggih, di dekat perbatasan antar-Korea untuk unjuk kekuatan.

Peluncuran yang gagal ini terjadi meskipun ada spekulasi bahwa peningkatan kerja sama militer antara Korea Utara dan Russia mungkin telah membantu Pyongyang meningkatkan kemampuan peluncuran roket luar angkasa dan program militer lainnya.

Para pengamat mengatakan Korea Utara tampaknya berniat untuk mengamankan aset-aset intelijen, pengawasan dan pengintaian (ISR) karena mereka jauh tertinggal dari sekutu dalam hal kemampuan ISR meskipun Korea Utara fokus pada pengembangan serangkaian sistem senjata yang tangguh, termasuk rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam dan senjata nuklir taktis.


Redaktur : Lili Lestari
Penulis : Lili Lestari

Komentar

Komentar
()

Top