Korea Selatan Selesaikan Uji Terbang Jet Tempur Pertama Buatan Sendiri

SEOUL - Jet tempur dalam negeri pertama Korea Selatan, KF-21, dilaporkan berhasil menyelesaikan uji terbang pertamanya, Selasa (18/7). Hal itu dilakukan di tengah dorongan untuk mengganti armada tua dalam menghadapi ancaman militer dari negara tetangga, Korea Utara.

Pesawat generasi 4,5 yang dikembangkan Korea Aerospace Industries (KAI) dalam sebuah proyek gabungan dengan Indonesia itu dirancang untuk menjadi alternatif yang lebih murah dari jet tempur F-35 buatan AS, yang diandalkan oleh Korea Selatan.

"Sebuah purwarupa KF-21, lepas landas pada pukul 15:40 dari pangkalan angkatan udara di Sacheon, dan terbang selama sekitar 30 menit," kata Administrasi Program Akuisisi Pertahanan dalam sebuah pernyataan.

Pesawart baru itu akan menghadapi lebih banyak pengujian hingga 2026, ketika produksi massal akan dimulai. Korea Selatan meluncurkan purwarupa pertama KF-21 pada April tahun lalu, memuji pesawat itu sebagai tulang punggung masa depan angkatan udaranya dan langkah menuju kemerdekaan militer yang lebih besar bagi sekutu AS di Asia Utara.

Pengembangan Jet Tempur

Pada 2014, Korea Selatan dan Indonesia sepakat untuk bersama-sama mengembangkan jet tempur dalam sebuah proyek senilai 8,1 triliun won, dengan Jakarta mengambil bagian seperlima dari total pendanaan.

Tetapi pada 2018, Indonesia berusaha untuk menegosiasikan kembali kesepakatan tersebut, untuk mengurangi tekanan pada cadangan devisanya, dan kemudian menawarkan untuk membayar bagiannya dalam bentuk barter.

"Kedua negara sepakat pada November bahwa Jakarta akan menepati janjinya untuk menanggung 20 persen dari biaya pengembangan, termasuk pembayaran dalam bentuk barang untuk sepertiga bagiannya, meskipun mereka belum secara resmi merevisi kontrak," kata seorang pejabat.

Sebelumnya, pejabat di Direktorat Jenderal Administrasi Program Akuisisi Pertahanan Korea Selatan menyatakan purwarupa pertama pesawat KF-21 akan melakukan penerbangan pertama pada pekan ketiga Juli ini. Tim penguji terintegrasi, Angkatan Udara, dan pengembang bertanggung jawab atas penerbangan tersebut.