Koperasi Petani Harus Diperkuat Melawan Korporatokrasi
Pemerintah sendiri telah mengalokasikan 34 triliun rupiah untuk subsidi bunga pinjaman dan relaksasi kredit usaha rakyat (KUR), namun tidak semua petani punya jaminan untuk ikut program relaksasi.
Peneliti di Pusat Studi Kebijakan Indonesia, Galuh Octania, mengatakan pandemi telah menambah kerugian petani karena hasil panen melimpah sedangkan permintaan konsumsi turun. Inflasi yang sangat rendah 2,19 persen secara tahunan pada Mei mengisyaratkan lemahnya daya beli masyarakat pada bulan puasa yang biasanya menjadi puncak konsumsi.
Meskipun pemerintah telah berkomitmen menyalurkan bantuan tunai sebesar 300 ribu rupiah selama tiga bulan kepada 2,7 juta petani miskin dan berencana menyalurkan berbagai macam bantuan seperti pupuk dan benih senilai 300 ribu rupiah, namun tidak banyak menolong.
Di sisi lain, TaniHub Group, perusahaan produk pertanian online, melaporkan, gangguan logistik sebenarnya dapat menyebabkan petani menaikkan harga untuk mengimbangi kerugian. Akibatnya, harga produk tertentu mungkin lebih tinggi ketika tiba di Jakarta dari provinsi penghasil, meskipun sedang musim panen.
Meskipun pemerintah telah membebaskan logistik makanan dari pembatasan, yang secara bertahap dihapus di beberapa tempat, banyak pengemudi truk harus menjalani isolasi mandiri 14 hari sambil mengambil persediaan di daerah yang terkena virus. Kondisi itu meningkatkan biaya operasional. n ers/SB/E-9
Redaktur : Vitto Budi
Komentar
()Muat lainnya