Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pilar Ekonomi - K operasi Dapat Jadi Solusi dari Ketimpangan Sosial

Koperasi Hadapi Banyak Tantangan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

DEPOK - Pengembangan koperasi di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, termasuk tata kelola dan kualitas sumber daya manusia (SDM). Karena itu, kondisi tersebut membuat koperasi belum mampu menjadi kekuatan ekonomi dalam negeri.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Teten Masduki, mengatakan praktik koperasi masih memiliki banyak tantangan, seperti kepengurusan yang tidak berganti-ganti sehingga tidak sesuai dengan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi yang merupakan identitas koperasi.

Karena itu, kata Teten, dalam siaran pers dari Universitas Indonesia (UI), Selasa, koperasi yang disebut sebagai sokoguru ekonomi nasional ini masih sebatas cita-cita karena pada praktiknya koperasi belum menjadi kekuatan ekonomi nasional.

"Saat ini, koperasi di Indonesia masih didominasi sektor usaha jasa keuangan dan asuransi, sedangkan sektor produksi, seperti pertanian, perikanan, peternakan, dan perkebunan hanya berkontribusi sekitar 7 persen," ujar Teten dalam kuliah umum "Peluang dan Tantangan Koperasi Menghadapi Ancaman Ekonomi Global" yang diadakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia (FEB UI), secara hybrid, Jakarta, Selasa (20/9).

Tantangan lain, lanjutnya, dalam pengembangan koperasi ialah lemahnya sumber daya manusia, tata kelola koperasi yang belum menerapkan Good Cooperative Governance, serta ekosistem bisnis yang belum efektif.

Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM), sepanjang 2021 terdapat 127.846 koperasi dengan jumlah anggota 27,1 juta orang. Secara total aset dari seluruh koperasi eksisting sebesar 250,98 triliun rupiah dan volume usaha sebesar 182,35 triliun rupiah.

Jumlah koperasi berbasis modern dan berbasis digital harus ditingkatkan dari 250 koperasi pada 2022 naik menjadi 400 koperasi pada 2023 dan menjadi 500 koperasi nantinya pada 2024.

Tahan Krisis

Koperasi memiliki keunggulan, yaitu daya tahan cukup kuat. Ketika terjadi krisis moneter pada 1998, koperasi merupakan salah satu unit usaha yang mampu bertahan. Asas kekeluargaan yang dimilikinya membuat para anggota lebih mempercayakan asetnya disimpan di koperasi daripada bank.

Sementara itu, Dekan FEB UI, Teguh Dartanto, mengatakan k operasi bisa menjadi solusi dari ketimpangan sosial melalui skema pembiayaan partisipasi dari anggotanya. "Seharusnya koperasi menjadi alat untuk bersama-sama saling berkolaborasi demi kemajuan bersama. FEB UI terus berkomitmen untuk membuat Mata Kuliah Koperasi menjadi mata kuliah yang kekinian, relevan, dan merupakan solusi atas permasalahan bangsa Indonesia," ujar Teguh.

Menurutnya, koperasi di Indonesia masih memiliki berbagai tantangan untuk pengembangannya. Salah satunya ialah rendahnya produktivitas dan nilai tambah koperasi di Indonesia.

Sementara itu, Praktisi Keuangan Mikro dan Koperasi, Ahmad Subagyo, menilai diperlukan pengaturan yang lebih membangun ekosistem koperasi di Tanah Air, seperti Rancangan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (PPSK) yang antara lain akan mengatur koperasi dan lembaga keuangan mikro.

Dia menambahkan jika perekonomian suatu negara hanya bergantung pada sistem internasional dan tak ada penahan dari dalam negeri seperti koperasi, ekonomi akan bisa anjlok begitu saja ketika ada goncangan krisis global.

Ahmad mencontohkan salah satu negara yang berhasil menahan krisis dengan sistem koperasinya adalah Spanyol. "Ketika Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan Spanyol ini negara gagal, rakyatnya tidak gagal karena sistem koperasi mereka berjalan cukup efektif dan mereka ada kepercayaan antara satu dengan yang lain. Perdagangan mereka juga berhasil berjalan tanpa menggunakan euro," jelasnya.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Muchamad Ismail, Antara

Komentar

Komentar
()

Top