Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Transisi Energi

Konversi ke Kompor Listrik Stagnan

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - DPR RI menilai PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN belum memaksimalkan peralihan dari kompor gas ke kompor listrik. Padahal, jika benar-benar dikebut, program tersebut bisa menghemat anggaran devisa dari impor liquefied petroleum gas (LPG).

Tahun lalu, nilai impor LPG mencapai 58,5 trilliun rupiah, meningkat 58,5 persen dari 2020. Tahun ini, pemerintah menganggarkan 61 trilliun rupiah untuk subsidi LPG.

Anggota Komisi VI DPR, Deddy Yevri Hanteru Sitorus meminta PLN mempercepat konversi ke kompor listrik. "Jika dengan oversupply listrik yang ada saat ini kemudian dialihkan ke kompor listrik, harusnya hal ini bisa mengurangi impor LPG dalam negeri," ucapnya dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirut PLN, Darmawan Prasodjodi, Jakarta, Senin (28/3).

Dirinya mempertanyakan alasan BUMN Ketenagalistrikan itu menunda transisi di saat terjadi oversupply. Karenanya, lanjut dia, PLN harus segera membuka ruang dialog dengan kementerian-lembaga pemerintah lainnya, terkait kebijakan peralihan kompor gas ke kompor listrik ini agar segera berjalan lebih cepat. "Harus terintegrasi, misalkan antara PLN dan Pertamina. Mungkin harus mulai berdialog dengan Kementerian BUMN, Pertamina, dan Kementeraian ESDM," jelasnya.

Pada kesempatan sama, anggota Komisi VI DPR RI Andre Rosiade menyampaikan dukungannya agar peralihan kompor gas ke kompor listrik ini segera terwujud. Menurutnya, jika transisi ini segera terlaksana, maka akan terjadi efisiensi anggaran sebanyak 60 triliun rupiah.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top