Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pembangunan Infrastruktur l Tenaga Konstruksi yang Bersertifikat Baru 10 Persen

Konsultan Harus Serius Awasi Proyek Infrastruktur

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Proyek infrastruktur ambruk karena ditangani tenaga keja yang tidak bersertifikat dan kualitas bahan material yang juga buruk.

JAKARTA - Para konsultan diminta tidak main-main dalam mengawasi pengerjaan proyek - proyek infrastruktur di Ibu Kota. Sebab, keberlanjutan proyek infrastruktur sangat bergantung pada keseriusan konsultan dalam mengawasi pengerjaan proyek.

Demikian dikatakan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga S Uno merespon t dua kecelakaan beruntun yang terjadi pada jembatan Babat Widang penghubung Lamongan-Tuban, Jawa Timur dan Jalan Tol Manado-Bitung dua hari lalu.

Sandi menegaskan keseriusan ini penting mengingat masih banyak proyek yang masih dibangun di wilayah DKI seperti halnya proyek mass rapid transit (MRT) dan juga light rail transit (LRT)

"Memang ada target yang diberikan oleh pemerintah, target-target tersebut cukup memberatkan kontraktor, tetapi kami tidak mau kompromi pada keselamatan dan kesehatan kerja. Saya minta ke pada konsultan untuk menjadikan itu sebagai prioritas,"tegas Sandi saat membuka Musyawarah Provinsi Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo) DKI di Jakarta, Kamis (19/4).

Ketua Inkindo DKI Peter Frans menyebutkan persoalan utama dari banyaknya proyek infrastruktur yang ambruk karena jumlah tenaga kerja konstruksi yang bersertifikat masih sangat minim.

Laporan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebutkan bahwa jumlah tengaga kerja konstruksi yang baru bersertifikat masih di bawah 10 persen atau hanya 720 ribu pekerja dari total 8,2 juta pekerja.

Kami memang sudah bekerja sama dengan Kementerian PUPR termasuk juga dengan balai-balai, tetapi jumlah ini masih sedikit. "Ini perlu ditambah, kualitas keterampilan pekerja itu perlu diuji. Bagaimana mereka bisa mengetahui prosedur pengerjaan kalau tidak punya sertifikat,"ungkap Peter.

Peter meminta agar pemerintah memberikan kesempatan bagi konsultan lokal untuk menangani proyek-proyek strategis, tidak semuanya diberikan ke pada konsultan asing. Menurutnya pemerataan itu perlu.

Hal itu misalnya dalam hal membangun transit orientied development (TOD). Mestinya itu orang kita, karena harus mencerminkan nusantara. Masa orang luar tahu budaya Betawi atau Maluku misalnya. Hanya orang kita yang tahu karakter budaya kita,"kata Peter.

Kualitas Rendah

Saat ini Kementerian PUPR masih mendalami penyebab terjadinya kedua kecelakaan tersebut. PUPR menjelaskan bahwa untuk jembatan Widang yang merupakan jalan nasional, itu diduga karena overload atau kelebihan muatan, sementara untuk jalan tol Manado-Bittung karena kegagalan pemasangan box untuk overpass.

Kendati demikian keputusan final termasuk sanksi belum bisa diberikan."Ini masih sebatas dugaan karena masih diinvestigasi. Kesimpulan baru bisa dibuat setelah proses investigas oleh tim selesai,"ungkap Dirjen Bina Marga PUPR Arie Setiadi Moerwanto.

Secara terpisah, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Arief Puyono menduga banyaknya proyek infrastruktur yang ambruk tersebut karena kualitas bahan material yang diimpor dari Tiongkok sangat rendah.

"Apalagi banyak proyek yang didanai oleh Tiongkok. Kualitasnya bahkan KW 3 sehingga rawan dengan kerusakan bangunan. Contohanya besi yang diimpor dari Tiongkok, belum tentu itu baik,"tutupnya.

ers/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top