Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
IKKON 2018

Kolaborasi yang Mengedepankan Inovasi Berkelanjutan

Foto : dok. bekraf
A   A   A   Pengaturan Font

Berdasarkan data hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik 2010, Indonesia memiliki 1.331 suku bangsa berikut subsuku bangsanya yang memiliki berbagai potensi budaya. Di mana setiap suku bangsa mempunyai keunikan masing-masing.

Melalui ekonomi kreatif, potensi lokal tersebut dapat dikembangkan bentuk dan fungsinya sesuai kebutuhan kekinian. Sehingga dapat memberikan nilai tambah yang bisa meningkatkan nilai ekonominya. Untuk memanfaatkan potensi budaya tersebut, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) mengadakan sebuah program Inovatif dan Kreatif melalui Kolaborasi Nusantara yang disebut IKKON.

Terbentuknya IKKON sebagai progam berkelanjutan yang mengedepankan konsep kolaborasi antara pelaku ekonomi kreatif profesional, pengrajin lokal, dan stakeholders lokal, diharapkan dapat menghasilkan sebuah inovasi baru.

"Yang tujuannya agar potensi budaya tersebut dapat mengalami inovasi yang berdampak pada ekonomi dan berorientasi pada pasar komersil," kata Triawan Munaf, Kepala Bekraf.

Yang nantinya dapat menciptakan kesejahteraan bagi para pengrajin dan pelaku kreatif dan memberikan dampak pada peningkatan ekonomi daerah. Ia juga mengatakan tantangan yang dihadapi Indonesia adalah produknya kebanyakan masih bersifat tradisional meskipun sebenarnya sangat berpotensial.

"Indonesia memiliki potensi produk-produk kerajinan, namun tantangannya produk tersebut masih bersifat tradisional sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gaya hidup modern, belum berkembang, dan tidak mengalami diversifikasi produk," lanjutnya.

Program ini telah dijalankan sejak 2016 dan telah menyentuh 51 desa binaan dari 10 kabupaten/kota di Indonesia. Yang kemudian terkumpul lima kabupaten/kota yang terpilih untuk mengikuti pengembangan potensi ekonomi kreatif lokal.

Kelima daerah tersebut adalah Kabupaten Siak (Riau), Kabupaten Belitung (Bangka Belitung), Kota Singkawang (Kalimantan Barat), Kabupaten Dompu (Nusa Tenggara Barat), dan Kabupaten Wakatobi (Sulawesi Tenggara).

Dalam pelaksanaan program IKKON 2018 ini, Bekraf dan tim, nantinya akan mengirimkan mentor dan tenaga profesional ke daerah tersebut. Guna berinteraksi dengan masyarakat dan menggali potensi kreatif yang ada di daerah itu. Dari kolaborasi ini, diharapkan akan menghasilkan inovasi terbaru yang menjadi ikon terbaru produk kreatif daerah tersebut nantinya.

"Semoga program ini dapat mengakselerasi arahan dan harapan Presiden bahwa ekonomi kreatif akan menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia," tutup Triawan.

Koleksi Persembahan Ivan Gunawan

Ada yang berbeda dari penampilan koleksi Hijab Mandjha Ivan Gunawan yang berlangsung beberapa saat lalu dengan tema Raya Collection 2018 Fatamorgana untuk menyambut datangnya Ramadan dan Idul Fitri.

Bersalin rupa dari gaun sehari-hari yang diperhalus dengan ide-ide baru dengan sentuhan detail khusus untuk dikenakan pada perayaan yang sangat istimewa, 72 koleksi busana modest Raya Collection 2018 Fatamorgana digelar untuk merayakan usia label ini yang hampir genap satu tahun.

Namun dalam pagelaran yang didesain dengan taman artistik bergaya India hanya menampilkan 40 busana ready to wear bergaya layering sehingga mudah dipadu padankan dan memenuhi kebutuhan berbusana khususnya masyarakat Indonesia.

"Terinspirasi dari India karena lagi suka dengan yang berbau India. Mix color dari budaya dan arsitektur India, namun konsepnya lebih ke layering," tutur Ivan Gunawan.

Selain itu, motif dan desain arsitektur India juga banyak yang terinspirasi dari budaya Islam, seperti ukiran-ukirannya. Sehingga Igun, sapaannya, berpikir bahwa karya kali ini cocok menggunakan motif dari India untuk menyambut Ramadan dan Lebaran.

Pada koleksinya ini, Igun lebih menggunakan warna-warna pastel seperti biru, cokelat, marun, lavender, dan putih, yang dilengkapi dengan koleksi kerudung bermotif yang mudah dipadupadankan.

Ia juga berusaha menciptakan suatu karya yang dapat terjangkau untuk masyarakat Indonesia sehingga tidak hanya bisa dinikmati kalangan atas saja, Igun ingin pula merangkul kalangan menengah ke bawah dengan koleksinya kali ini.

"Jadi menggunakan bahan yang dapat dicuci sendiri, jadi gak bingung harus nyucinya gimana," tutur Igun.

Unsur dekorasi tampil berupa detail aplikasi bunga kecil atau renda dan payet dibubuhkan untuk mempercantik busana Mandjha Ivan Gunawan. Menampilkan rancangan yang menonjolkan kualitas busana dan karakter busana yang didominasi oleh bahan katun, linen, sifon, lace, poliester, satin dan jacquard.

Tak hanya mengeluarkan busana ready to wear, Igun juga meluncurkan koleksi busana premium sebagai penutup peragaan Raya Collection 2018 Fatamorgana. Diciptakan dari bahan sifon, sutra, tulle hingga duchess, koleksi premium ini menampilkan siluet busana anggun yang spektakuler dengan potongan konstruktif dan tidak membentuk tubuh.

Representasi Perpaduan Budaya

Sinar Mas Land sebagai salah satu pengembang properti di Asia Tenggara mengenalkan proyek properti kolaborasi yang menghadirkan sebuah kawasan mix used premium bernama The Zora. Dengan konsep Beauty of Balance, The Zora menghadirkan karya seni fashion berkelas yang sesuai dengan citra elegan The Zora dan sebagai kelanjutan dari apresiasinya terhadap desainer terkemuka Tanah Air.

Kali ini, The Zora menampilkan fashion show tunggal dari karya desainer Ferry Sunarto dengan label ready to wear-nya Fersoen. Pagelaran tunggal ini bertajuk Couture Mind yang disebut Ferry sebagai representasi pemikiran kita mengenai perpaduan budaya.

"Jadi pemikiran kita dengan berbagai perpaduan budaya Asia yang menarik seperti kolaborasi antara Jepang dan Indonesia," tutur Ferry Sunarto.

Ia menambahkan ingin inspirasi lokal menjadi sesuatu yang mempunyai taste internasional. Dengan menggunakan kain batik dan styling kimono, rancangannya tersebut mampu menjadi sesuatu yang modern. Ia menggunakan cutting dekonstruktif, yang bebas dan tidak terbatasi guna membidik kaum milenial yang cenderung memiliki selera yang cenderung 'keluar garis'.

"Jadi seperti bahan batik juga digabungkan dengan bahan lainnya seperti velvet, silk, jacquard, yang lebih kekinian," jelas Ferry.

Batik yang dipadupadankan dalam koleksinya kali ini adalah batik Solo. Apalagi menurutnya, batik asal Solo cenderung lebih digunakan untuk kalangan yang lebih dewasa. Namun berkat rancangannya ini, Ferry mampu mengubah persepsi mengenai batik Solo yang kaku dan klasik menjadi sesuatu yang lebih edgy dan modern.

Dengan perpaduan budaya antara Jepang dan Indonesia dalam rancangannya ini, Ferry berharap dapat belajar banyak dari budaya orang Jepang. "Kita tahu Jepang teknologinya sangat maju, tetapi mereka sangat menghargai budaya mereka sehingga down to earth," katanya.

Ia beranggapan budaya tidak hanya dilestarikan, namun juga harus dapat dimasukkan dalam konten kekinian, sehingga generasi penerus dapat terus menikmati budaya Indonesia tanpa harus merasa kuno.

gma/R-1

Komentar

Komentar
()

Top