Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bandung Broadway

Kolaborasi Fesyen dan Drama Musikal

Foto : koran jakarta/ teguh rahardjo
A   A   A   Pengaturan Font

Akhir pekan lalu, sebuah acara fashion yang dilanjutkan dengan pergelaran drama ala Broadway berlangsung di Kota Bandung. Tepatnya di Jalan Braga dan di Gedung New Majestic.

Konsep fashion show yang ditampilkan berada di out door atau sepanjang Jalan Braga pendek. Panggung untuk catwalk dibangun di sepanjang jalan tersebut. Ada banyak merek dan desainer terkenal yang ikut ambil bagian. Namun sebagian besar menampilkan fashion hijab modern.

Even yang dimotori Disbudpar Kota Bandung ini melibatkan desainer, komunitas, fashionpreneur, musisi, seniman.

Sejumlah merek dan desainer yang ikut menampilkan karya dalam acara tersebut antara lain Zuebarqa by Benz, AR by Arifin, Rafita by Eva, Twelev Bloem by Maharani, Citra Etchnic by Citra Leorista, MYN Limited by Mien Adhi Mustofa, Zavair Scraft by Putri, Aretta by Lia dan lainnya.

Fashion Show ala Bandung Broadway ini melibatkan sekitar 150 orang model nasional dan lokal Bandung, ratusan make up artist dan desainer sekitar 24 orang. Peragaan busana sendiri terbagi dalam empat sesi, yang masing-masing menampilkan tema berbeda. Mulai dari pakaian musim panas (summer), musim semi (spring), musim gugur (autum) dan musim dingin (winter).

Kepala Disbudpar Kota Bandung, Kenny Dewi Kaniasari, mengatakan Bandung Broadway merupakan cities movement yang dilakukan melalui seni pertunjukan yang didedikasikan bagi pegiat dan pecinta fashion di Kota Bandung. Bandung Broadway juga diharapkan dapat merevitalisasi de Majestic yang merupakan salah satu bangunan bersejarah.

"De Majestic ini sendiri merupakan bangunan sejarah yang bisa meningkatkan perekonomin Kota Bandung, oleh sebab itu acara ini dapat meningkatkan pengunjung ke de Majestic ini," ujarnya.

Acara ini merupakan kegiatan pendekatan kepariwisataan dan ekonomi kreatif yang sudah menjadi program pemerintahan. Even ini diselenggarakan mulai 22-28 September 2018 di Gedung De Majestic.

Acaranya pun menyajikan beberapa kegiatan seperti Fashion Runway di mana desainer-desainer muda di Kota Bandung berkolaborasi menampilkan karya terbaiknya.

Kenny mengungkapkan, Badan Ekonimi Kreatif (Bekraf) melakukan uji petik sekitaran Bandung raya. Menurut Bekraf, sub sektor fashion Kota Bandung paling banyak menyerap tenaga kerja dan memberikan kontribusi.

"Jadi menurut Bekraf, yang paling banyak menyerap tenaga kerjanya dan berikan kontribusi adalah sub sektor fashion itu Bandung. Kalau Kabupaten Bandung Barat dalam sektor film, Kota Cimahi dalam sub animasi dan Kabupaten Bandung pada sub sektor seni pertunjukan," katanya

Pengembangan Ekonomi Kreatif

Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana menegaskan, Pemkot Bandung akan terus mendorong pengembangan ekonomi kreatif khususnya fesyen. Hal itu karena fesyen Kota Bandung mampu meningkatkan perekonomian Kota Bandung.

"Sinergi semua pihak, para pegiat fesyen berkolaborasi dengan kalangan seniman, menjadi kunci tumbuh kembangnya Kota Bandung," ujarnya.

Yana menegaskan, Kota Bandung memang dikenal sebagai kiblatnya ekonomi kreatif. Oleh karenanya, sub sektor seperti pariwisata, arsitektur, desain, produk, animasi, kriya, kuliner, fesyen dan kesenian perlu terus ditingkatkan.

Menurut Yana, seniman perlu diberdayakan. Hal tersebut penting dilakukan karena untuk menggali kreativitas. "Kita punya seniman yang kreatif, ini mampu ciptakan peluang Kota Bandung terus berkembang di industri kesenian maupun pariwisatanya," jelas Yana.

Seni pertunjukan atau drama adalah salah satu yang digemari di Kota Bandung. Sehingga dalam Bandung Broadway pun terselenggara drama ala Broadway. Sesuai namanya, drama ini merupakan drama musikal yang menghadirkan suasana teater di Broadway. Mulai dari tarian, musik serta busana para pemainnya dibuat seperti drama Broadway di Manhattan, AS.

Pertunjukan berlangsung dalam gedung New Majestic. Pertunjukan diawali dengan masuknya sejumlah pelayan ke dalam ruangan Majestic untuk membagikan minuman kepada penonton. Setelah itu lampu mulai meredup dan masuklah para pemain.

Setting tempat dibuat seperti suasana kafe atau restoran, para pemain duduk untuk menikmati makan dan minuman sambil ngobrol.

Suara gong bergetar menyusul kemudian pemain lain memasuki ruangan drama. Dan tentunya diiringi dengan suara musik dan nyanyian, mirip pertunjukan drama musikal.

Layar lebar di belakang panggung menjadi penguat suasana dan lokasi, seakan para pemain berada di luar negeri. Ditambah dengan tatanan lighting yang manis.

Tempat Hiburan Orang Belanda

Gedung New Majestic dibangun untuk pertunjukan film pada zaman Hindia Belanda. Hanya orang Belanda dan bangsawan saja yang bisa menikmati pertunjukan.

Gedung ini juga menjadi saksi pemutaran film Loetoeng Kasaroeng pada 31 Desember 1926. Sebenarnya ada dua gedung bioskop di Bandung, selain Majestic ada juga Elita. Elita sudah tidak ada lagi, sementara Gedung Majestic masih berdiri kokoh selama hampir satu abad dan tetap menjadi ikon kawasan Braga.

Loetoeng Kasaroeng memang tidak bisa dilepaskan dari sejarah perfilman Indonesia. Film ini diangkat dari legenda masyarakat tatar Pasundan yang sering diceritakan dalam seni pantun Sunda.

Dirilis pada 1926 oleh NV Java Film Company, Loetoeng Kasaroeng tercatat sebagai film pertama yang diproduksi di Indonesia.

Film ini disutradarai dua orang Belanda, yakni G Kruger dan L Heuveldorp. Meski begitu, para pemainnya adalah aktor dan aktris pribumi. Ikut membintangi film ini adalah anak-anak Bupati Bandung Wiranatakusumah.

Majestic, dulu masih bernama Bioscoop Concordia karena letaknya bersebelahan dengan Societeit Concordia yang kini menjadi Gedung Merdeka. Majestic memang sengaja dibangun untuk melengkapi kawasan Braga sebagai pusat belanja kaum elite Eropa pada pertengahan 1920-an.

Ada yang unik dalam pemutaran film-film di Bioskop Majestic saat awal pendiriannya. Pihak bioskop menyediakan orkes mini, juga komentator untuk mengiringi film-film bisu kala itu. Promosi film pun dilakukan dengan menggunakan kereta kuda yang berkeliling kota sambil membawa poster film dan membagi-bagikan selebaran.

Masa itu, tempat duduk dalam bioskop dibuat berundak yang menandakan kelas serta harga tiket. Kelas 1 terletak di balkon, kelas 2 di bagian bawah belakang, dan kelas 3 di bagian paling depan. Belum lagi terdapat aturan yang mengharuskan penonton berpakaian rapi. Tempat duduk pun diatur agar penonton pria dan wanita dipisahkan dalam deretan yang berbeda.

Meski demikian, sebenarnya New Majestic juga terbuka untuk kegiatan lainnya seperti lokakarya hingga pernikahan. Denyut aktivitas De Majestic juga semakin terasa karena terdapat kafe yang berada di samping gedung utama. Para pengunjung kafe kerap melihat-lihat ke teras gedung di mana dipajang proyektor film buatan 1932.

tgh/R-1

Komentar

Komentar
()

Top