Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

Klaster Wisata, Ibarat "Seribu Sungai Gangga"

Foto : ANTARA

Masyarakat yang tumpah ruah di pantai ­Pangandaran pada liburan Idul Fitri 2021, baru-baru ini, sangat abai protokol kesehatan.

A   A   A   Pengaturan Font

Kebijakan larangan mudik meski tidak mulus-mulus banget, lumayan meredam warga, sehingga tetap tinggal di kediaman. Namun, ternyata hal ini juga akhirnya menimbulkan masalah (besar). Diduga, jutaan warga yang tidak mudik ambyur ke berbagai destinasi wisata.
Hal itu membuat orang mengibaratkan "seribu Sungai Gangga." Seperti diketahui, beberapa waktu lalu, jumlah terinfeksi Covid-19 India menggila, setelah jutaan rakyat melaksanakan mandi bareng di Sungai Gangga untuk merayakan ritus keagamaan, Khumh Mela.
Kalau di India hanya ada satu Sungai Gangga dan telah membuat perkembangan penularan virus korona tak terkendali, lalu bagaimana jutaan orang Indonesia yang tumpah ruah seperti cendol di kolam renang, pantai, destinasi lain, dalam "seribu Sungai Gangga"?
Karena ada ribuan destinasi yang dibiarkan buka saat libur Lebaran, maka itulah muncul istilah seribu Sungai Gangga. Apa ini artinya? Maknanya, Indonesia harus siap-siap mengantisipasi meledaknya Covid-19 yang tersebar di ribuan tempat wisata. Sekarang sudah mulai kelihatan "buahnya" di mana 15 provinsi mulai meningkat warga yang terinfeksi Covid-19 seperti Riau.
Tunggu saja 14 hari (masa perkembangan virus korona) setelah libur Lebaran. Ledakan wisatawan terjadi di mana-aman Ancol, Taman Mini, Ragunan, Pantai Pangandaran, Pantai Parangtritis Bantul, dan di tempat-tempat lain. Di banyak tempat bahkan aparat tak mampu membubarkan warga yang berwisata tanpa masker, tanpa jaga jarak, karena massa terlalu banyak.
Meski belum nyata, perkembangan Covid-19 di sejumlah daerah pasca-Idul Fitri mulai kelihatan. Misalnya, Kalimantan Timur ada tambahan 136 kasus. "Saat ini, perkembangan kasus positif Covid-19 mulai bermunculan. Masyarakat harus selalu waspada dengan tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan," kata Jubir Satgas Covid-19 Kaltim, Andi M Ishak.
Hal sama terjadi di DKI Jakarta. Menurut Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, pemeriksaan di Posko Terpadu Pemeriksaan Tes Cepat Antigen di Cibatu, Bekasi terdeteksi 148 warga arus balik reaktif Covid-19. Malahan, Kamis (20/5), polisi menginformasikan arus balik mudik yang masuk Jakarta, 192 di antaranya positif Covid-19.
Lalu apa solusi ke depan? Kasus ini langsung atau tidak tentu berkaitan dengan dorongan Menparekraf Sandiaga yang mendorong masyarakat berwisata. Padahal di sisi lain pemerintah jelas-jelas melarang mudik. Artinya, orang harus di rumah, bukan melancong!
Ketidakkompakan kebijakan antarkementerian inilah yang perlu dibenahi. Andai saja seluruh tempat wisata ditutup, kekhawatiran meledaknya korona tidak terlalu tinggi. Masih ada waktu sekitar sepekan untuk melihat perkembangan virus korona setelah Lebaran hari pertama. Semoga saja tidak terjadi dampak luar biasa kemunculan "seribu sungai Gangga".
Tak bisa ditawar, ketat mengenakan masker, ketat mencuci tangan, dan ketat menjaga jarak menjadi satu-satunya kunci menghindari tertularnya virus mematikan itu. aloysius w/S-2


Redaktur : Sriyono
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top