Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kisah Perwira Angkatan Udara Terbangkan Pesawat Pembom Diponegoro di Tengah Hujan Peluru

Foto : Istimewa

Pesawat Pembom Diponegoro.

A   A   A   Pengaturan Font

Komodor Agustinus Adisoetjipto lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada 3 Juli 1916. Ia meninggal di Bantul, Yogyakarta, 29 Juli 1947 pada umur 31 tahun. Mengutip buku, 100 Pahlawan Nasional dan Sejarah Perjuangannya, yang ditulis Edy Sutrisno dan Elizabeth Tara, sekitar tahun 1947, saat Belanda melakukan agresi militernya yang pertama, dua perwira Angkatan Udara Republik Indonesia yakni, Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh diperintahkan untuk pergi ke India.

Keduanya ditugaskan untuk mencari bantuan dari India. Pulang dari India, pesawat Dakota VT-CLAyang ditumpangi kedua perwira Angkatan Udara ini mampir di Singapura dengan maksud mengambil bantuan obat-obatan dari Palang Merah Malaya.

Setelah obat-obatan itu dimuat, pada tanggal 29 Juli 1947 pesawat pun kembali terbang dengan tujuan pangkalan udara Maguwo di Yogyakarta. Saat itu, harian Malayan Times dalam pemberitaannya melaporkan jika penerbangan Dakota VT-CLA yang ditumpangi kedua perwira Angkatan Udara itu sudah mengantongi izin pemerintah Inggris dan Belanda.

Sore hari penyambutan pesawat pun dilakuan. Perwira Angkatan Udara lainnya, Suryadarma yang juga kolega Adisutjipto dan Abdulrachman Saleh sudah menanti kedatangan pesawat di lapangan udara Maguwo.

Tragedi pun terjadi. Pesawat Dakota VT-CLA ditembak Belanda. Pesawat pun jatuh dengan terlebih dahulu menyambar sebatang pohon. Badan pesawat patah menjadi dua bagian lalu terbakar. Sejak tahun 1962, peristiwa ditembaknya pesawat Dakota VT-CLA yang ditumpangi dua perwira Angkatan Udara itu diperingati TNI AU sebagai hari Bakti TNI AU. Dan sejak 17 Agustus 1952, lapangan udara Maguwo diganti menjadi Lanud Adisutjipto.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Agus Supriyatna

Komentar

Komentar
()

Top