Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis

KIE Pemenuhan Gizi dan Nutrisi Anak Harus Masif

Foto : mar'up

Guru Honorer SMPN 1 Cimahi, Tantri Wulandari dan keluarga

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) terkait pemenuhan gizi dan nutrisi anak harus masif. Pemahaman orang tua menjadi kunci untuk memastikan tumbuh kembang anak. Demikian keterangan Guru Honorer SMPN 1 Cimahi, Tantri Wulandari, kepada Koran Jakarta, Minggu (19/9).

"Edukasi ke orang tua harus masif agar dapat memahami gizi yang baik," ujarnya. Dia mengatakan, banyak orang tua tergiur memberi asupan yang murah dan instan kepada anak. Padahal, pemenuhan nutrisi dan gizi anak bisa dilakukan oleh keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah sekalipun.

Tantri menuturkan, kegiatan KIE baik oleh pos pelayanan terpadu (Posyandu) maupun penyuluh kesehatan masih sangat kurang. Posyandu hanya melakukan pemeriksaan umum seperti menimbang dan mengukur badan anak, tapi tidak disertai kegiatan tindak lanjut.

"Di Posyandu tidak ada tindak lanjutseperti anak turun berat badan. Itu tidak ada. Mereka hanya mencatat. Itu kurangnya Posyandu. KIE-nya kurang ke orang tua," jelasnya. Tantri menerangkan, pemenuhan gizi dan nutrisi anak gampang-gampang susah. Apalagi untuk ibu yang bekerja.

Di sisi lain, semakin anak bertambah usia, cenderung lebih suka jajan, sehingga asupan tidak terkontrol. Meski begitu, ibu dua anak ini mengatakan, semaksimal mungkin menjaga gizi dan nutrisi anak-anaknya.

"Bisa saja membeli makanan di warung dengan sayuran dan lauk tahu tempe. Itu sudah bagus, murah, dan sehat. Kalau memang sulit, sebisa mungkin kita mengolah makanan yang disukai anak. Jika perlu, kadang dipaksa," katanya.

ASI Ekslusif

Lebih jauh, Tantri menceritakan, kedua anaknya diberikan air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan pertama sejak kelahiran. Dia juga menyeimbangkan dengan makanan pendamping (MP) ASI.

Dia sendiri sempat menggunakan susu formula untuk anak pertamanya setelah sembilan bulan. Hal itu, karena dia sedang mengandung anak kedua. Di sisi lain, produksi ASI-nya juga tidak mencukupi saat itu.

"Orang tua disarankan memakai susu formula. Itu untuk anak pertama sebab ilmunya belum banyak juga. Padahal, ASI semakin sering disusui, tambah banyak. Jadi, saya kurang begitu paham waktu itu," tuturnya.

Tantri mengaku, pada masa kehamilan mendapat buku KIE terkait kehamilan dan tumbuh kembang anak. Buku tersebut membantunya untuk mengetahui cara pemenuhan gizi anak. "Jadi, tinggal literasi saja sebetulnya. Karena kalau hanya mengandalkan edukasi dari Posyandu, menurut saya kurang," tandasnya.

Investasi Terbaik

Sementara itu, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menekankan pentingnya menyusui sebagai salah satu investasi terbaik untuk kelangsungan hidup. Menyusui secara optimal dapat mencegah lebih dari 823 ribu kematian anak dan 20 ribu kematian ibu setiap tahun.

Dia menambahkan, ibu yang tidak menyusui eksklusif akan memiliki risiko 2,6 kali lebih tinggi untuk anaknya mengalami stunting pada usia 0 sampai 6 bulan. Kemudian, dua kali lebih pada usia 6 sampai 23 bulan. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, angka balita stunting 30,8 persen, balita kurus 10,2 persen, dan balita gemuk 8 persen.

"Studi menunjukkan, penurunan berat badan umumnya terjadi pada 3 hingga 4 bulan di mana dalam kondisi ibu bekerja kembali ke kantor dan tidak optimal memberi ASI," ucapnya.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy menyebut, ASI merupakan nutrisi paling baik untuk bayi usia 0 sampai 6 bulan. Tapi, dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, angka bayi berusia 0 hingga 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif turun dari angka 68,7 persen pada 2018 menjadi 65,8 persen pada 2019. Pada 2020 juga turun ke angka 53,9 persen.

"Kondisi ini menjadi perhatian kita semua untuk kampanye pentingnya ASI eksklusif dan terus mendorong semua pihak untuk memberi dukungan kepada para ibu agar mau memberi ASI eksklusif," pesannya.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Muhamad Ma'rup

Komentar

Komentar
()

Top