Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Keuntungan Panen Gabah Hanya 30 Persen tapi Tengkulak Jual Beras Bisa Untung 70 Persen, Padahal Petani Tanggung Risiko Cuaca dan Hama

Foto : Istimewa

Dewan Penasehat Inagri, Ahmad Yakub

A   A   A   Pengaturan Font

Tren kenaikan nilai tukar petani (NTP) belum sepenuhnya dinikmati para petani lantaran baru terjadi di sebagian subsektor pertanian dan ada disparitas harga di tingkat petani dan konsumen. Kenaikan di masing-masing subsektor NTP merupakan dampak dari momen akhir tahun dan kondisi cuaca saat ini.

"Tahun ini, kenaikan terlihat signifikan mengingat curah hujan yang cukup tinggi berdampak pada produksi petani. Bahkan, kita lihat di beberapa wilayah Indonesia terjadi bencana banjir karena curah hujan yang cukup tinggi," kata Sekretaris Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Serikat Petani Indonesia (SPI), Agus Ruli Ardiansyah, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (5/1).

Menanggapi hal itu Dewan Penasehat Institut Agroekologi Indonesia (Inagri), Ahmad Yakub, mengatakan bahwa bahwa pendekatan NTP untuk mengukur kesejahteraan petani perlu ditambah dengan ukuran penguasaan lahan sewa atau milik sendiri, penguasaan teknologi on farm maupun off farm serta tingkat kedaulatan pangan rumah tangga petani desa.

"Menurut risetm ada gap distribusi keadilan harga atau keekonomian, misalnya keuntungan gabah petani menjadi beras sekitar 30% banding 70% untuk non-petani, padahal petani menanggung risiko yg paling tinggi yaitu terkait cuaca, hama, dan variabel alami lainnya yg memungkinkan panen tidak bagus bahkan gagal panen," tandas Yakub saat dihubungi Koran Jakarta, hari ini.

Menurut Yakub, sudah selayaknya petani dan pekerja di pedesaan membangun industuri pasca panen atau pengolahan hasil panen yang dimana petani juga menjadi bagian pemilik usahanya dengan modal dihitung dari hasil panen. Skemanya adalah bagi hasil atas penjualan hasil olahan komoditi pertanian, misalnya dari GKP menjadi beras, dari pisang menjadi keripik pisang, dan seterusnya.
Halaman Selanjutnya....


Redaktur : Eko S
Penulis : Eko S

Komentar

Komentar
()

Top