Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ketua Umum PSSI Bukan untuk Pencitraan

Foto : ANTARA/Sigid Kurniawan

Berikan Keterangan Pers I Ketua Komite Pemilihan PSSI Amir Burhanudin (ketiga dari kiri) didampingi anggota memberikan keterangan pers di Kantor PSSI, GBK Arena, Senayan, Jakarta, Senin (16/1). Komite Pemilihan PSSI resmi menutup proses pendaftaran bakal calon ketua umum, wakil ketua umum, dan anggota Exco periode 2023-2027 per Senin 16 Januari pukul 18.00 WIB de­ngan hasil yaitu lima orang mendaftar bakal calon ketua umum, 17 orang bakal calon waketum dan 78 orang bakal calon anggota Exco.

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Komite Pemilihan (KP) PSSI telah mengumumkan total 100 nama yang bakal menduduki kursi-kursi di Komite Eksekutif (Exco) PSSI periode 2023-2027. Dalam pernyataannya di GBK Arena, Jakarta, Senin (16/1) malam, Ketua KP, Amir Burhannudin, menyebut bahwa dari total jumlah tersebut, lima orang merupakan bakal calon ketua umum, 17 bakal calon wakil ketua umum dan 78 lainnya calon anggota Exco.

Menanggapi nama-nama yang diumumkan itu, pengamat sepak bola Anton Sanjoyo mengatakan PSSI membutuhkan figur yang dapat memimpin bersih dan membawa sepak bola Indonesia jauh lebih baik. "PSSI membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki dedikasi luar biasa. Sebab, selama ini Ketua Umum PSSI hanya memberikan dirinya untuk pencitraan," kata Anton.

Dia mengingatkan, jangan hanya konsentrasi di Liga 1, kemudian tidak pernah memikirkan pembinaan usia muda. Pikirkan juga cara meningkatkan mutu kompetisi, mutu pelatih-pelatih, dan mutu wasit. Anton menilai kepemimpinan Iwan Bule tidak membawa banyak kemajuan, terutama soal pembinaan.

Konsentrasi hanya di Liga 1. Dia tidak pernah membenahi sepak bola secara mendasar sehingga timbul tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang. Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali, minta siapa pun terpilih, dapat melakukan bersih-bersih internal PSSI. Sebab, selama dua periode terakhir kepemimpinan PSSI, baik Edy Rahmayadi maupun Iwan Bule, tidak mampu melakukannya. Keduanya tumbang melawan mafia dan orang-orang internal PSSI.

"Kami lihat sosok sangat kuat diri Letnan Jenderal Edy Rahmayadi sebagai Pangkostrad atau Muhammad Iriawan yang merupakan Komjen Polisi, tapi dua-duanya tumbang. Keduanya lemah dibuat tak berdaya oleh para mafia bola Indonesia," ujar Akmal. Akmal juga minta mulai satu bulan ke depan, sebelum kongres luar biasa PSSI 16 Februari 2023 nanti, calon harus menyampaikan kepada publik, orang-orang yang akan membantu selama menjabat.

"Kalau mau, ini momentumnya, satu bulan ke depan. Siapa pun yang mencalonkan diri harus menyampaikan kepada publik calon anggota kabinetnya. Misalnya, 15 exco-nya, siapa saja yang akan mereka bawa sebagai kekuatan," jelas Akmal. Untuk menjadi ketua umum PSSI, menurutnya, tidak perlu punya pengalaman bidang sepak bola.

"Yang penting berani memotong mafia-mafia bola. Selain itu, juga jangan menjadikan sepak bola batu loncatan politik. Kalau itu yang terjadi, siapa pun yang memimpin, tidak akan bisa berubah," sambungnya. Semuanya harus diamputasi. Semua pembinaan sehat, kompetisi sehat, tidak lagi ada pengaturan skor juara. Jangan ada pengaturan promosi degradasi. Jika ini bisa diciptakan ketua umum yang baru, masa depan sepak bola akan cerah.

Jangan Wajah Lama

Dari nama-nama yang diumumkan Komite Pemilihan masih didominasi wajah-wajah lama. Mestinya dihindari wajah-wajah lama untuk reformasi. Di posisi calon ketua umum, ada lima sosok yang bersaing. Mereka adalah AA La Nyalla Mattalitti, Arif Putra Wicaksono, Doni Setiabudi, Erick Thohir dan Fary Djemy Francis. Ketua Umum harus wajah baru. Jangan lagi orang yang pernah menjadi ketua umum, terpilih lagi. Sebab sudah pernah diberi kesempatan, tapi gagal.

Dari lima nama tersebut, hanya Erick Thohir dan Doni Setiabudi yang belum pernah masuk dalam daftar calon tetap ketua umum PSSI. Doni Setiabudi, CEO Bandung Premier League dan eks manajer klub AHHA PS Pati, sempat mendaftar untuk kepengurusan PSSI 2019-2023, tetapi gagal. Sebab Komite Banding Pemilihan (KBP) saat itu menilai dirinya belum memenuhi syarat lima tahun berkecimpung di kegiatan sepak bola di bawah naungan PSSI.

Sementara itu, Erick Thohir, yang juga Menteri BUMN, sudah berpengalaman di sepak bola baik nasional maupun internasional. Namun, dia berstatus debutan di pemilihan ketua umum PSSI. Berbeda dengan Doni dan Erick, La Nyalla Mattalitti, Arif Putra Wicaksono dan Fary Djemy Francis merupakan figur lama di persaingan calon ketua umum PSSI.

La Nyalla adalah Ketua Umum PSSI tahun 2015, lalu Arif Putra Wicaksono (CEO perusahaan pemasaran-penyelenggara acara olahraga Nine Sport Inc) dan Fary Djemy Francis (politikus dan Komisaris Utama PT Asabri) masuk dalam calon tetap Ketua Umum PSSI 2019-2023.

Dari bakal calon wakil ketua umum PSSI 2023-2027, muncul seorang kejutan yakni Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali. Ini menjadi momen perdana Zainudin bersaing untuk mengisi satu tempat di kepengurusan PSSI. Dengan masuknya Menpora, maka ada dua menteri Kabinet Indonesia Maju di perebutan posisi ketua umum dan wakil ketua umum baru PSSI. ben/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Benny Mudesta Putra

Komentar

Komentar
()

Top