Nasional Mondial Ekonomi Daerah Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Eksplorasi Luar Angkasa

Ketebalan Lapisan Esnya Mencapai 20 Kilometer

Foto : afp/ Frederic J. Brown
A   A   A   Pengaturan Font

Permukaan bulan Jupiter Europa yang permukaannya diselimuti es sangat membingungkan dan menarik bagi para ilmuwan. Oleh karenanya NASA melakukan misi Europa Clipper yang rencananya akan diluncurkan tidak lama lagi.

Salah satu yang akan diteliti dalam misi Europa Clipper adalah mempelajari apakah bulan ini dapat mendukung kehidupan. Salah satu faktor kunci yang dapat menentukan kemungkinan kehidupan di satelit alami ini adalah struktur bulan es yang setua Bumi.

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances memperkirakan lapisan es Europa setebal setidaknya 20 kilometer. Europa memiliki lapisan es air, yang menyembunyikan lautan air asin yang luas di bawahnya. Perkiraan sebelumnya mengenai ketebalan lapisan esnya berkisar dari hanya beberapa kilometer hingga beberapa puluh kilometer.

"Perbedaan perkiraan ini terjadi karena para ilmuwan menggunakan fitur permukaan yang berbeda di Europa," kata Shigeru Wakita, seorang ilmuwan peneliti di Universitas Purdue dan salah satu penulis studi tersebut, kepada laman Down To Earth (DTE).

"Telah terjadi perdebatan panjang mengenai ketebalan lapisan es Europa, penting untuk menentukan hal ini karena ketebalan lapisan es menentukan proses apa yang dapat terjadi di dalam es," kata Brandon Johnson, seorang profesor madya di Universitas Purdue, kepada DTE.

Johnson mengatakan ketebalan lapisan es Europa mempengaruhi seberapa banyak panas yang dihasilkan oleh pasang surut di dalamnya atau pemanasan pasang surut dan bagaimana material bergerak antara permukaan dan lautan di bawahnya, kata studi tersebut. Faktor-faktor ini penting untuk mengetahui apakah bulan es tersebut dapat mendukung kehidupan.

Europa terus-menerus meregang dan melentur akibat orbitnya sendiri, gravitasi Jupiter, dan orbit bulan-bulan di dekatnya seperti Io dan Ganymede. Tarikannya menyebabkan terjadinya pasang surut pemanasan yang membuat Europa tetap aktif secara geologis.

Para peneliti menganalisis data dan gambar dari wahana antariksa Galileo milik NASA, yang mempelajari Europa pada tahun 1998. Mereka secara khusus mengamati kawah tumbukan untuk mendapatkan wawasan tentang ketebalannya.

"Untuk membentuk kawah di Europa, diperlukan material eksogenik, seperti komet. Morfologi kawah sensitif terhadap ketebalan dan struktur cangkang es. Jadi, mempelajari pembentukannya sangat penting untuk mengungkapnya," tutur Wakita.

Tim kemudian mengandalkan simulasi numerik untuk mereproduksi pembentukan kawah dan menghitung ketebalan cangkang es Europa. Penelitian menunjukkan bahwa cangkang bulan es itu tebal. "Jika cukup tebal, konveksi atau pembalikan terus-menerus sebagian cangkang es dapat terjadi," ungkap Johnson.

Cangkang es yang tebal, tambah dia, membuat pertukaran antara es dan lautan menjadi lebih sulit. Namun pendorong lain subduksi dan kriovolkanisme mungkin masih merupakan proses penting untuk pertukaran material antara permukaan dan lautan. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top