Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Ketahui Potensi Kanker Serviks Wanita Wajib Pap Smear

Foto : ISTIMEWA

pap smear

A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Menurut Global Cancer Observatory(Globocan) sebesar 0,5 persen atau 500 juta perempuan di dunia mengidap kanker serviks setiap tahunnya. Dari angka itu sebanyak 55-60 persen kanker serviks berakhir dengan kematian.

Khusus di Indonesia menurut data Kementerian Kesehatan pada Januari 2019, kasus kanker serviks sebesar 23,4 per per 100.000 penduduk. Rata-rata kematian yang terjadi mencapai 13,9 persen per 100.000 penduduk.

Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Konsultan Onkologi Ginekologiyang berpraktik diRS Pondok Indah - Bintaro Jaya, Dr.dr. Bambang Dwipoyono, BD.Sp.OG, MS, MARS menjelaskan, salah satu gejala kanker servisk adalah terjadinya perdarahan terus menerus di dalam atau di luar periode haid. Mereka yang mengalaminya umumnya berumur antara 40 - 45 tahun.

"Gejala kanker serviks 70 persen berupa perdarahan terus menerus, baik di dalam atau di luar periode haid, dan perdarahan pasca sanggama," ujar dia dalam webinar berjudul "Kanker Serviks, Apa, Upaya, Pecgahan dan Penangannnya," Jumat (4/2).

Selain perdarahan muncul cairan di vagina dengan warna putih, dan cairan tersebut bisa menjadi berwarna karena bercampur dengan darah. Cairan ini tersebut berbau tidak sedap atau busuk. Selain itu terjadi nyeri di daerah sekitar panggul, pinggang, tungkai atas jika telah terjadi metastasis. Metastasis pada paru menyebabkan terjadinya sesak nafas.

Bambang menyarankan agar wanita waspada jika terjadi perdarahan terus menerus di luar masa haid. Oleh karenanya mereka perlu memperhatikan pola menstruasinya atau dengan mencatat waktunya sehingga bila ada perubahan dalam pola dapat diketahui dan bisa segera konsultasi ke dokter.

Untuk mengetahui adanya kanker serviks dokter akan melakukan pemeriksaan pap smear, dengan mengambil sampel sel dari serviks. Metode ini dapat menemukan sel-sel abnormal pra kanker di leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker. "Pap smear dilakukan sebagai salah satu upaya deteksi dini untuk mengetahui adanya kelainan pada serviks," kata dia.

Selanjutnya jika dokter menemukan adanya kelainan pada pap smear, biasanya akan meminta pasien melakukan colposcopy atau melihat mulut rahim. Dari pembesaran yang dilakukan alat tersebut kemudian dilakukan biopsi untuk memastikan adanya kelainan seperti hasil pap smear.

Menurut Bambang pap smear dilakukan bukan hanya saat terjadi gejala. Untuk mengetahui adanya kanker sedini mungkin mereka yang berusia masih berusia mudah antara 21-29 tahun, atau 30-65 tahun namun sudah aktif berhubungan seksual disarankan untuk melakukannya setiap tiga tahun sekali. Pada usia di atas 65 tahun mereka yang sebelumnya dinyatakan normal tidak perlu melakukan tes ulang.

Alasan perlu secara berkala melakukan pap smear kata Bambang karena proses dari infeksi menjadi kanker membutuhkan waktu 10-15 tahun. Namun pada perempuan yang baru melahirkan, tes tersebut bisa dilakukan tiga bulan setelahnya karena adanya perubahan hormonal akibat kehamilan.

Bambang memaparkan bagi wanita yang tidak pernah hamil risiko terjadinya kanker serviks sama saja. Ia bahkan sering menemukan terjadinya kanker serviks pada mereka yang hamil. "Saya pernah menemukan kasus kanker stadium 3 pada wanita yang sedang hamil," ujar Dr. Bambang.


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top