Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Sejarah Jepang

Keshogunan Mengisolasi Jepang dari Pengaruh Budaya Barat

Foto : Wikimedia
A   A   A   Pengaturan Font

Portugis menikmati keuntungan perdagangan dengan Jepang dari pelabuhan di Nagasaki antara 1571 hingga 1639. Mereka berhasil menyulap pelabuhan nelayan kecil di Pulau Kyushu menjadi pusat dagang internasional di negara paling timur di Asia timur.

Namun hubungan dengan Jepang mulai memburuk sejak 1630-an. Ketika itu pemerintah Jepang, yang dipimpin oleh Keshogunan Tokugawa (1603-1868), mulai menahan kapal-kapal Portugis yang tiba di Nagasaki.

Penyitaan tersebut merupakan akibat langsung dari seorang kapten Spanyol yang membajak sebuah kapal jung Jepang. Saat itu Spanyol dan Portugal telah bersatu, sehingga Jepang memperlakukan kapal kedua negara dengan cara yang sama.

Para shogun kemudian memberlakukan embargo perdagangan terhadap dua kerajaan Eropa tersebut. Seorang perwakilan dikirim dari Makau ke Jepang pada 1630, salah satunya Dom Gonçalo de Silveira, untuk mencoba dan merundingkan pencabutan larangan tersebut.

Butuh waktu empat tahun bagi utusan tersebut, namun akhirnya pemerintah Jepang setuju untuk melanjutkan perdagangan dengan Portugis. Sayangnya pada perdagangan lanjutan ini keadaannya malah lebih buruk bagi Portugis.

Pada 1639 ketika dua kapal mereka kembali ke Makau dengan berita yang meresahkan bahwa mereka tidak diizinkan menurunkan jangkar dan membongkar muatan di Nagasaki. Hal ini karena Keshogunan Tokugawa telah secara resmi mengubah kebijakan perdagangan luar negeri mereka.

Para pemimpin militer Jepang semakin curiga terhadap orang asing. Karena dalih terjadi penyebaran agama Kristen, semua orang Portugis diusir dari negara tersebut dan perdagangan dihentikan dengan negara-negara seperti Makau.

Bahkan orang Jepang yang berada di luar negeri tidak diizinkan pulang dan jika tetap mereka mencoba, eksekusi menanti mereka. Katalis pengusiran ini adalah Pemberontakan Shimabara pada bulan Desember 1637 hingga April 1638.

Setelah pemberontakan mereda pada 1640 Portugis Makau mengirim delegasi ke shogun Tokugawa untuk merundingkan pembukaan kembali perdagangan. Namun keempat duta besar yang malang ini dipenjara, diadili, dan kemudian dieksekusi bersama 57 pelayan dan awaknya.

Sejak saat itu perdagangan tidak pernah dihidupkan kembali dan bahkan kunjungan duta besar kerajaan raja Portugis pada bulan Juli-Agustus 1647 tidak membawa perubahan kebijakan. Tapi setidaknya dia diizinkan kembali ke Lisbon tidak dieksekusi seperti sebelumnya.

Periode isolasi budaya ini dilakukan pemerintah Jepang di bawah keshogunan dikenal sebagai Periode Sakoku atau negara yang dirantai. Kebijakan ini berlanjut hingga pertengahan abad ke-19. Meskipun mengisolasikan diri, sejumlah kecil pedagang Belanda diizinkan untuk tinggal di pulau kecil buatan manusia dengan nama Dejima.

Pulau di Teluk Nagasaki, orang Belanda tidak boleh meninggalkan pulau itu tanpa izin tertulis dari shogun. Kemudian pada pertengahan abad ke-19, giliran bangsa asing dariBbarat yaitu Inggris dan Amerika, kembali tinggal dan berdagang di Jepang dengan memaksa. hay/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat
Penulis : Haryo Brono

Komentar

Komentar
()

Top