Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pengendalian Penyakit

Kesadaran Penderita HIV/AIDS Berobat Rendah

Foto : ISTIMEWA
A   A   A   Pengaturan Font

BANDUNG - Penderita Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Indonesia masih dianggap sebagai aib dan menjadi masalah sosial. Di sisi lain, kesadaran penderita untuk berobat masih rendah.

"Masalah HIV bukan masalah kesehatan. Masalah kesehatannya itu hanya 10 persen, sisanya 90 persen itu masalah sosial. Salah satunya masalah stigma. Contohnya, banyak yang terkena HIV malah dikeluarkan dari pekerjaan, ada anak sekolah yang dikeluarkan dari sekolah," kata Sekretaris Komisi Perlindungan Anak (KPA) Kota Bandung, Bagus Rahmat Prabowo, usai rapat koordinasi lintas sektor pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS tingkat Jawa Barat, di Bandung, Senin (24/6).

Bagus mengatakan pemerintah pusat sudah mencanangkan target Three Zero pada 2030 nanti. Ketiganya yaitu tidak ada lagi penularan HIV, tidak ada lagi kematian akibat AIDS, serta tidak ada lagi stigma dan diskriminasi pada Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Menurut Bagus, persoalan stigma ini masih tinggi di Indonesia. Contohnya aktivitas seks bebas dengan menyudutkan pekerja seks komersil (PSK) sebagai subjek. Padahal, dari data yang terhimpun faktor moralitas tak lantas memberikan pengaruh besar.

"Kita bisa lihat secara epidemologis orang terinfeksi HIV dari pekerja seks itu sangat kecil. Padahal mereka sering sekali beraktivitas seks dibandingkan dengan ibu rumah tangga yang hanya berdiam diri di rumah. Tapi ternyata kasus pada ibu rumah tangga jauh lebih banyak dari pada pekerja seks," terangnya.

Bagus menambahkan, saat ini heteroseksual menjadi penyebab paling besar penularan HIV/AIDS, baik itu dari laki-laki ke perempuan ataupun sebaliknya. "Heteroseksual kita bagi dua antara pekerja seks dan non pekerja seks dan ternyata kira-kira hanya seperempatnya dari pekerja seks dan 75 persen dari heteroseksual dari non pekerja seks," imbuhnya.

Sementara penyebab dari penggunaan jarum suntik saat menggunakan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (Napza) semakin menurun. Bahkan, sekalipun terjadi bisa secepatnya ditanggulangi.

"Kalau dari Napza suntik yang terinfeksi itu trennya sekarang menurun drastis. Selain karena barangnya susah didapat dan harganya mungkin agak mahal, orang sudah tidak nyaman untuk menyuntikan narkoba. Sekarang trennya dihisap atau dikonsumsi secara oral," kata dia.

Upaya Pencegahan

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana, mengatakan upaya pencegahan harus gencar agar dapat menekan angka penyebaran HIV/AIDS. Untuk itu, kolaborasi bersama KPA tidak hanya untuk menanggulangi para ODHA, tetapi turut berupaya mengantisipasi penyebarannya.

Di samping itu, Yana yang juga Ketua Pelaksana KPA ini juga mengimbau kepada masyarakat Kota Bandung, khususnya dari kalangan generasi muda untuk memperhatikan pola hidupnya lebih sehat. Dengan demikian, diharapkan mampu meminimalisasi resiko terjangkit HIV/AIDS. tgh/E-3

Komentar

Komentar
()

Top