Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Bencana Alam

Kerugian Tanah Bergerak Lebak Capai Rp1,5 Miliar

Foto : ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD) Kabupaten Lebak, Febby Rizky Pratama, menyebut kerugian material akibat bencana tanah bergerak yang terjadi Jumat (10/6) mencapai 1,5 miliar rupiah. "Kerugian akibat bencana alam itu berupa enam unit rumah warga dan jalan antardesa ambles sepanjang 70 meter dengan kedalaman dua meter," kata Febby di Lebak, Rabu (15/6).
Pemerintah daerah setempat memprioritaskan pembangunan jalan antardesa yang ambles sepanjang 70 meter dengan kedalaman dua meter tersebut. Saat ini sedang dikerjakan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR). Ruas jalan tersebut cukup vital untuk menopang perekonomian masyarakat.
Masyarakat Lebak kebanyak menjadi petani. Mereka memasok berbagai komoditas pertanian ke pasar Rangkasbitung dan daerah lainnya di Provinsi Banten. "Kami berharap dua pekan ke depan kondisi jalan antardesa bisa kembali dilintasi angkutan," ujarnya.
Menurut Febby, pemerintah daerah juga mempercepat bantuan warga yang terdampak bencana tanah bergerak untuk menerima dana tunggu hunian (DTH) agar mereka bisa menyewa rumah. Sebab selama ini mereka mengungsi di rumah kerabat.
Penyaluran DTH diharapkan pekan ini sudah diterima warga. Tiap kepala keluarga menerima sebesar 3 juta rupiah untuk enam bulan atau sebesar 500 ribu per bulan. "Kami minta warga hari Kamis ini sudah bisa melaporkan nomor rekening," katanya.
Untuk pembangunan hunian tetap (huntap), kata dia, pemerintah daerah akan membahas alokasi anggarannya. Sebab, pembangunan huntap perlu pembebasan lahan. "Kita berharap pemerintah daerah berupaya membantu masyarakat terdampak bencana tanah, " katanya.
Sementara itu, Karman (50), warga korban bencana tanah bergerak mengaku terbantu dengan bantuan DTH dari pemerintah setempat, karena bisa meringankan beban ekonomi. Rumahnya dibangun dengan biaya sekitar 200 juta rupiah, rusak berat. Kini, dia mengungsi di rumah mertua. "Dengan menerima DTH ini kami bisa menyewa rumah untuk enam bulan ke depan," katanya. Ant/wid/G-1


Redaktur : Aloysius Widiyatmaka
Penulis : Aloysius Widiyatmaka

Komentar

Komentar
()

Top