Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Keriuhan Dibalik Ritual Ziarah demi Mendapatkan Air Suci di Sungai Gangga

Foto : AFP/SANJAY KANOJIA

Ambil Air Suci l Umat Hindu pemuja Dewa Siwa bergegas menuju tepi Sungai Gangga yang ada di Kota Allahabad untuk mengambil air suci. Mereka rela berjalan kaki ratusan kilometer agar bisa mempersembahkan air suci bagi Dewa Siwa.

A   A   A   Pengaturan Font

Setiap tahunnya, wilayah utara di India dipenuhi oleh jutaan barisan pria dan perempuan peziarah yang berjalan kaki dengan mengenakan baju berwarna jingga serta membawa pikulan dan segala bentuk wadah penampung air.

Mereka adalah kaum Kanwariya, penganut Hindu pemuja Dewa Siwa yang sedang melakukan ritual tahunan untuk mengambil air dari Sunggai Gangga yang mereka percaya sebagai air suci. Mereka rela berjalan kaki hingga ratusan kilometer dari seluruh penjuru India demi mendapatkan air suci itu.

Menurut legenda, Dewa Siwa pernah menelan racun sehingga seluruh tubuhnya berwarna biru. Ia sembuh saat ia meminum air suci dari Sungai Gangga. Dari legenda ini, kaum Kanwariya yang amat menghormati Dewa Siwa, rela berjalan kaki menempuh ratusan kilometer demi bisa mempersembahkan air suci untuk patung Dewa Siwa yang ada di kuil-kuil dekat kediaman mereka.

Ritual untuk mendapatkan air suci dari Sungai Gangga mulai terlihat sejak awal pekan ini dan puncaknya terjadi pada Selasa (7/8) dan Rabu (8/8) lalu dimana jutaan warga India menyemut di pinggiran Sungai Gangga.

Kaum Kanwariya percaya bahwa air suci dari Sungai Gangga bisa mengusir energi negatif dan berharap persembahan air suci ini bisa membuat Dewa Siwa kian menyayangi mereka. Dewa Siwa adalah salah satu dari 3 dewa utama Hindu selain Brahma dan Wisnu.

Sebutan kaum Kanwariya diambil dari istilah kanwar yatra yang mengacu pada pikulan yang dipergunakan untuk membawa wadah air. Dalam bahasa Hindi, kanwar artinya tongkat pikulan dan yatra artinya bepergian jarak jauh.

Tujuan perjalanan ziarah kaum Kanwariya yaitu dua negara bagian di utara India yang memiliki tepi Sungai Gangga. Biasanya mereka menuju Kota Gangotri, Haridwar, dan Rishikesh yang ada Negara Bagian Uttarakhand, dan Kota Sultanganj di Negara Bagian Bihar. Namun ada juga sebagian dari Kaum Kanwariya pergi ke Kota Gomukh yang berada di kaki Pegunungan Himalaya yang jadi hulu Sungai Gangga.

Usai mengambil air suci dari Sungai Gangga, lazimnya perempuan kaum Kanwariya terlebih dahulu menuju kuil-kuil Siwa terkenal untuk memberikan persembahan mereka.

Ritual ziarah lazimnya dilaksanakan pada musim penghujan sekitar Juli dan Agustus dimana ada banyak kawasan di India sedang dilanda curah hujan amat tinggi.

Sebagian besar dari peziarah itu rela jalan kaki ratusan kilometer dengan kaki telanjang. Namun beberapa dari mereka juga ada yang naik kendaraan bahkan naik sepeda ke tujuan mereka. Ditengah perjalanan, mereka beristirahat di tenda-tenda darurat yang disediakan oleh pemerintahan kota setempat.

Timbulkan Kemacetan

Ritual ziarah ini dipercaya kaum Kanwariya telah berlangsung beberapa dekade oleh sebagian kecil dari umat Hindu pemuja Siwa. Namun ritual ziarah ini mulai populer pada era '80-an dan kini setiap tahunnya ritual ziarah ini peminatnya kian bertambah hingga diikuti oleh jutaan orang.

Banyak peziarah menempuh rute melewati Ibu Kota Delhi sehingga mereka menimbulkan kemacetan lalu lintas yang amat parah. Ada banyak warga Ibu Kota menyebut ritual ziarah ini sebagai gangguan terhadap publik. Terkadang banyak jalan raya ditutup untuk memberi kesempatan para peziarah ini untuk lewat.

Terkadang terjadi perseteruan antara kaum peziarah dengan penduduk lokal karena kemacetan yang ditimbulkan akibat pelaksanaan ritual ziarah ini. Warga lokal yang berseteru tak terima jika kaum Kanwariya telah menghambat mobilitas mereka dan keluhan ini kerap direspons dengan perusakan terhadap kendaraan-kendaraan pribadi milik warga setempat.

Kondisi perseteruan ini terjadi karena sebagian besar peziarah ini adalah kaum pemuda. Kekacauan terjadi karena banyak dari peziarah saat ini lebih senang datang dengan menggunakan kendaraan ke tujuan mereka dan mereka menyetel aneka ragam lagu-lagu Bollywood yang amat kencang suaranya sepanjang perjalanan.

BBC/I-1


Redaktur : Ilham Sudrajat

Komentar

Komentar
()

Top