Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Keren, Untag Surabaya Gelar Seminar Bedah Pemikiran Bung Karno

Foto : ANTARA/Willy Irawan

Seminar nasional kebangsaan bertajuk "Karakter Bangsa: Satunya Kata dan Perbuatan, Refleksi Pemikiran Bung Karno" yang digelar Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya di kampus setempat, Selasa (6/6/2023).

A   A   A   Pengaturan Font

Semoga upaya ini bisa membuahkan hasil terbaik, Untag Surabaya gelar seminar bedah pemikiran Bung Karno.

Surabaya - Keren, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya menggelar seminar nasional kebangsaan bertajuk "Karakter Bangsa: Satunya Kata dan Perbuatan, Refleksi Pemikiran Bung Karno" untuk membedah pemikiran dari Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

"Kegiatan ini bertujuan untuk terus menghidupkan pemikiran Bung Karno dalam era milenial. Melalui seminar nasional ini, diharapkan warisan nilai-nilai Bung Karno, masih dapat tetap berkobar di ucapan dan perbuatan anak bangsa," kata Ketua Yayasan Perguruan Tinggi 17 Agustus (YPTA) Surabaya J Subekti di Surabaya, Selasa.

Subekti mengatakan seminar nasional itu juga diselenggarakan untuk persiapan menghadapi generasi muda yang kurang memaknai Pancasila.

Menurut dia, sebanyak 80 persen generasi muda ingin mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi lain.

"Kalau Pancasila diubah maka NKRI juga diubah dan itu tidak boleh. Untuk menyiapkan langkah-langkah dalam mencegah perubahan ideologi ini, kami siapkan berbagai kegiatan salah satunya seminar," ujar Subekti.

Salah satu narasumber seminar nasional itu adalah Dosen Universitas Airlangga Surabaya, Airlangga Pribadi Kusman yang merupakan penulis buku "Merahnya Ajaran Soekarno".

"Pembahasan terkait pemikiran Bung Karno selaras dengan tahun politik saat ini. Hal itu perlu ditekankan kembali untuk mencairkan tensi dan ketegangan politik," katanya.

Selama ini, kata dia, elit politik seenaknya bicara tentang kepentingan dan menggunakan politik identitas tertentu untuk menyingkirkan lawannya dalam kontestasi politik.

Dia mencontohkan ada beberapa fakta di pemilihan presiden atau pemilihan kepala daerah di tempat tertentu ada kecenderungan elit politik yang "mengipas-ngipas" menyulut sentimen.

"Sentimen itu diarahkan untuk menekankan kepada supremasi dari identitas tersebut, tentang siapa yang menjadi musuh," ujar Airlangga.

Hal itu berseberangan dengan demokrasi yang sehat, mengingat demokrasi salah satu elemennya adalah kompetisi dan kontestasi.

"Demokrasi adalah sama-sama menjadi warga negara yang memiliki hak sama, saling berdialog dalam urusan-urusan lain, termasuk orientasi politik," kata dia.

Pakar Politik Unair itu menyebut di tahun-tahun politik, narasi identitas masih akan muncul atau digunakan bakal menjadi persoalan ketika berbicara dalam konteks Pancasila.

"Ini akan membentuk iklim demokrasi yang tidak sehat, makin melemah. Benturan sentimen makin menguat dan memperkeruh suasana politik," ucapnya.


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Antara

Komentar

Komentar
()

Top