Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Penyakit Musiman

Kepulauan Seribu Aman Demam Berdarah Dengeu

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Kepulauan Seribu tidak ditemukan adanya kasus demam berdarah dengue (DBD). Hanya saja, pihaknya mengimbau agar warga tetap waspada, sebab kasus DBD di daratan Jakarta cukup tinggi.

"Sekarang secara jumlah terbanyak di Jakarta Selatan 297 kasus, di Jakarta Timur 248 kasus, di Jakarta Barat 233 kasus, di Jakarta Utara 57 kasus, di Jakarta Pusat 43 kasus, dan Kepulauan Seribu tak ditemukan kasus," ujar Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, di Balai Kota, Jakarta Pusat, Senin (4/2).

Meski demikian, pihaknya akan terus menggenjot tindakan preventif agar kasus DBD tidak mewabah lebih besar. Dari sisi pemerintah, pihaknya mengandalkan relawan juru pemantau jentik (Jumantik) dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di rumah-rumah warga.

"Lalu yang kedua adalah respons cepat apabila ada tanda-tanda demam berdarah jangan menunggu sampai parah. Datangi langsung ke puskesmas, kemudian periksa dan apabila harus dirawat maka kita akan siap untuk merawat dan kita akan rawat semuanya siapa pun yang mengalami DBD akan kita tampung, kita akan rawat dan memang dibebaskan biaya," kata Anies.

Mantan Menteri Pendidikan Nasional ini memastikan setiap pengidap DBD akan mendapatkan perawatan dengan cepat dan benar. Dia berharap, warga yang terjangkit DBD bisa bersabar karena virus yang menyerang butuh waktu untuk dipulihkan.

"Tapi masa pemulihan itu harus ada perawatan yang benar. Kemarin, saya menemukan kasus di mana anak sempat merasa sehat dibiarkan bermain, akhirnya terjadi pendarahan dan komplikasi. Jadi respons cepat," tegasnya.

Dari beberapa kasus DBD itu, pihaknya menyimpulkan bahwa serangan nyamuk Aedes aegypti paling banyak terjadi di ruang terbuka. Seperti ladang, kebun, dan perumahan yang memiliki lahan terbuka. "Jakarta Selatan yang paling banyak. Karena di Selatan ini masih banyak ruang terbuka, dan ruang terbuka itu yang jadi tempat tumbuh kembang nyamuk," ucapnya.

Melihat masifnya jumantik melakukan PSN, kata Anies, pengasapan atau fogging tidak perlu dilakukan secara serentak. Pihaknya akan melakukan fogging secara berkala sesuai masa aktif nyamuk Aedes aegypti tersebut.

Sebelumnya, Ketua Relawan Kesehatan Indonesia (Rekan Indonesia) DKI Jakarta, Martha Tiana Hermawan mengatakan, upaya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk menekan wabah demam berdarah dengue (DBD) dengan fogging dinilai tidak efektif. Sehingga, musim hujan kali penyebaran kasus DBD semakin meluas di Ibu Kota.

"Banyak terjadi ketidakefektifan dalam melakukan fogging, di mana masih banyak fogging dilakukan di atas jam nyamuk DBD terbang meninggalkan sarangnya sehingga di satu lokasi fogging hanya membunuh nyamuk biasa dan serangga jenis lainnya," kata Tian, sapaan akrab Martha Tiana Hermawan. pin/P-5


Redaktur : M Husen Hamidy
Penulis : Peri Irawan

Komentar

Komentar
()

Top