Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Prospek Perekonomian | Pemerintah Siapkan Kebijakan untuk Memitigasi Risiko Ekonomi Global

Kendalikan Harga di Sektor Riil

Foto : Istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi global bakal melambat tahun ini, namun ekonomi RI sebenarnya masih bisa terhindar dari tekanan apabila pemerintah lebih sigap menyikapinya.

Sebab, ekonomi Indonesia selama ini tak terlalu bergantung pada ekspor. Kuncinya ada pada daya beli masyarakat dan pertumbuhan sektor riil.

Ekonom Universitas Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, optimistis ekonomi nasional masih dapat tumbuh di atas 5 persen pada 2023 meskipun harga komoditas mulai turun.

Namun, jika manufaktur orientasi ekspor mulai bangkit berpotensi bakal meningkatkan pertumbuhan. Selain itu, sektor pariwisata yang kuat masih bisa diharapkan mendorong untuk pertumbuhan.

"Kuncinya jika pemerintah mampu mengendalikan harga, sektor konsumsi yang kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) besar akan mampu mendorong pertumbuhan," ungkapnya pada Koran Jakarta, Minggu (5/2).

Dirinya mengakui, pada kuartal IV-2022, ekspor RI turun. Penurunan harga komoditas primer berimbas pada penurunan ekspor. Namun, sektor lain merasakan dampak positifnya seperti pariwisata. "Kuncinya agar tahun ini pertumbuhan terjaga ialah pada pengendalian harga di sektor riil," tandas Suhartoko.

Sebelumnya, Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia, Teuku Riefky, mengatakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2022 lalu diperkirakan mencapai 5,18 persen sampai 5,20 persen secara tahunan. Sementara pertumbuhan pada kuartal IV 2022, diprediksi mencapai 4,56 persen secara year on year.

"Dengan mempertimbangkan semua hal, Indonesia mungkin tidak akan tumbuh di atas 5 persen pada kuartal IV-2022, karena menghilangnya low-base effect dan harga komoditas yang lebih rendah pada akhir 2022 dibandingkan dengan kuartal II dan III-2022," kata Riefky.

Sementara itu, Menteri Koordinatorbidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menegaskan pemerintah tetap optimistis menghadapi tahun ini. Namun, pemerintah tetap waspada menghadapi perkembangan ekonomi global ke depannya.

"Jadi sikap pemerintah menghadapi perekonomian ke depan. Pemerintah juga telah menyiapkan sejumlah kebijakan utama dalam memitigasi berbagai risiko potensi krisis ekonomi global, yang mana Bank Dunia memprediksikan perekonomian global hanya akan bertumbuh 1,7 persen pada 2023," sebutnya.

Dia menyebut sejumlah kebijakan utama yang diambil pemerintah dalam jangka pendek yakni memperkuat pasar domestik dan konsumsi produk dalam negeri serta menjaga daya beli masyarakat melalui pengendalian inflasi. Dalam jangka menengah panjang, pemerintah berkomitmen melakukan transformasi ekonomi untuk meningkatkan investasi, mendorong produktivitas SDM, dan menyerap tenaga kerja melalui implementasi Undang- Undang Cipta Kerja.

"Konsumsi domestik dan investasi masih menjadi driver utama pendorong pertumbuhan," ungkap Airlangga.

Tiga Komponen

Sekretaris Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, juga menyampaikan ekonomi Indonesia pada 2023 akan mengandalkan tiga komponen utama, meliputi konsumsi rumah tangga, pasar domestik, dan investasi serta berbagai kegiatan ekonomi di dalam negeri.

Di sektor keuangan, pemerintah juga melakukan reformasi keuangan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan yang diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan sektor keuangan.

Selain itu, pemerintah juga akan mengatur Devisa Hasil Ekspor (DHE) melalui revisi Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2019.


Redaktur : Muchamad Ismail
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini

Komentar

Komentar
()

Top