Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Pencegahan Penyakit

Kenali Gejala Autisme pada Anak sejak Dini

Foto : ISTIMEWA

Mei Neni Sitaresmi

A   A   A   Pengaturan Font

YOGYAKARTA - Para orang tua diminta mulai mengenali gejala autisme atau Autism Spectrum Disorder (ASD) pada anak sejak dini. Ini penting dilakukan untuk meminimalisasi masalah yang timbul dan menyertai anak di masa mendatang.

"Tujuannya bukan membuat normal, bukan membuat sembuh, tetapi bagaimana membuat anak (penyandang autisme) bisa hidup dengan kondisinya," kata pakar kesehatan anak dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mei Neni Sitaresmi, di Gedung Pascasarjana UGM, Yogyakarta, Kamis (8/8).

Menurut Mei, sebagian besar anak penyandang autisme pada dasarnya sudah menunjukkan gejala sejak dini sehingga bisa didiagnosis sebelum mereka berusia dua tahun.

Kendati demikian, ia menyayangkan sebagian besar anak autis didiagnosis setelah berusia empat tahun. Padahal, seharusnya semakin dini anak terdiagnosis ASD, semakin dini anak akan mendapatkan penanganan yang tepat sehingga memiliki peluang kehidupan yang lebih baik di masa depan.

"Masih cukup banyak orang tua yang tidak sadar bahwa anaknya autis. Makanya, kita bersama teman-teman semua akan terus mensosialisasikan ini karena kejadiannya jauh lebih banyak daripada penderita leukimia atau penyakit lainnya," kata dia.

ASD lebih banyak menyerang anak laki-laki, dengan prevalensi 1:37, sedangkan pada anak perempuan 1: 151. Merujuk pada data prevalensi tersebut, Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sebesar 237,5 juta dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14 persen diperkirakan memiliki angka penderita autisme sebanyak empat juta orang.

"Dulu diagnosis anak autisme hanya dianggap belum bisa bicara atau terkadang dianggap terkena penyakit jiwa," kata dia.

Penderita ASD, kata dia, kerap disertai dengan kondisi gangguan medis dan perilaku lainnya, yaitu disabilitas intektual (45-60 persen), kejang (11-39 persen), gangguan pencernaan (50 persen), gangguan tidur, gangguan sensori (hipersensori maupun hiposensori), gangguan pemusatan perhatian dan gangguan perilaku lainnya.

Oleh sebab itu, dengan mengetahui sejak dini maka orang-orang yang berada di sekitar anak penyandang autisme bisa memberikan perhatian dan dukungan secara khusus terhadap perilaku mereka.

Direktur The Autism Initiative at Mercyhurst University Prof Bradley, McGarry mengatakan pada prinsipnya autisme bukan tidak bisa disembuhkan tetapi memang tidak perlu disembuhkan. Baginya, autisme merupakan bagian kekhususan dari anak itu sendiri.

"Maka orang tuanyalah yang sesungguhnya perlu diterapi supaya menganggap anak ini punya sesuatu yang lebih dan perlu diutamakan," kata Garry.YK/Ant/E-3

Penulis : Eko S, Antara

Komentar

Komentar
()

Top