Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Foto Video Infografis
Sektor Pertanian

Kenaikan NTP Belum Mencerminkan Kesejahteraan Petani Membaik

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

JAKARTA - Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan Nilai Tukar Petani (NTP) naik pada Agustus 2021 menjadi 104,68 belum sepenuhnya mencerminkan kesejahteraan mereka membaik. Perlindungan terhadap petani masih minim karena masih terjadi penurunan harga tanaman hortikultura.

Peneliti Ekonomi Indef, Nailul Huda, yang diminta pendapatnya di Jakarta, Rabu (1/9), mengatakan NTP Agustus memang naik, tetapi jika dilihat secara lebih detail, kenaikan hanya terjadi pada subsektor tertentu.

BPS, jelasnya, melaporkan NTP untuk tanaman hortikultura sayur-sayuran turun yang disebabkan oleh tanaman cabai karena harga yang diterima petani di dua komoditas tersebut menurun.

Cabai misalnya, harganya di tingkat petani di bawah 10 ribu rupiah per kilogram (kg) lebih rendah dari biaya pokok produksi yang sebesar 13 ribu rupiah per kg sehingga petani merugi. "Meskipun NTP secara total naik, tapi tidak untuk NTP sektor sayur-sayuran khususnya tanaman cabai," tegas Huda.

Pemerintah diharapkan segera membantu petani hortikultura menyerap hasil produksi agar mereka bisa menikmati hasil pertanian mereka dengan harga yang wajar.

Dihubungi terpisah, Pakar Pertanian dari Universitas Trunojoyo Bangkalan, Madura, Ihsannudin, mengatakan untuk membangun kemandirian pangan pemerintah harus memperhatikan tingkat kesejahteraan petani.

"Ini mengindikasikan bahwa harga produk pertanian menjadi determinan faktor meningkatnya NTP. Ini menjadi pelajaran bagi pemangku kebijakan untuk memperhatikan kebijakan yang bersifat pull motivation (insetif harga output) dan tidak hanya berkutat di insentif input (sarana produksi)," kata Ihsannudin.

Selain itu, NTP meningkat adalah indikasi terjadinya efisiensi penggunaan input terutama pupuk. "Semoga berbagai macam kendala dan kelemahan distribusi pupuk subsidi dibenahi sehingga petani semakin mudah mengakses pupuk subsidi sebagai pendukung efisiensi input," pungkasnya.

Peternakan Turun

Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam laporan bulanan menyebutkan NTP pada Agustus 2021 naik sebesar 1,16 persen secara month to month (mtm) dari 103,40 pada Juli menjadi 104,68, yang dipengaruhi oleh peningkatan NTP di subsektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat, serta nilai tukar subsektor perikanan yaitu nelayan dan pembudidaya ikan.

"Kalau kita rinci masing-masing subsektor, NTP tanaman pangan mengalami peningkatan sebesar 1,39 persen diakibatkan peningkatan indeks di bulan Juli 2021 yang sebesar 96,31, di Agustus meningkat jadi 97,65," kata Margo.

Sementara untuk NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat meningkat 2,90 persen yang diakibatkan peningkatan indeks di bulan Agustus sebesar 122,55, yang sebelumnya pada Juli 119,10.

Begitu juga dengan Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya ikan (NTNP) meningkat 0,58 persen karena peningkatan indeks nilai tukar pada Agustus sebesar 104,52 yang sebelumnya pada Juli sebesar 103,92.

Jika melihat keseluruhan subsektor pertanian, terdapat dua subsektor yang NTP-nya menurun yaitu subsektor hortikultura turun 1,42 persen karena penurunan indeks pada Agustus sebesar 100,01 dari bulan sebelumnya 101,45.

Subsektor peternakan juga mengalami penurunan nilai tukar yaitu sebesar 1,33 persen karena penurunan indeks pada Agustus menjadi 99,66 dari sebelumnya di bulan Juli 101. Jika dilihat secara keseluruhan NTP masih meningkat 1,16 persen (mtm).

"BPS juga melihat perkembangan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP). NTUP ini yang memang benar-benar untuk usaha pertanian, termasuk pembelian barang modal," kata Margo.


Redaktur : Vitto Budi
Penulis : Fredrikus Wolgabrink Sabini, Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top