Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Dampak Pandemi

Kemiskinan Ekstrem di Asean Bertambah 4,7 Juta karena Virus Korona

Foto : MUNIR UZ ZAMAN / AFP

KEMISKINAN EKSTREM - Warga mengantre untuk membeli makanan bersubsidi pemerintah di Dhaka, pada Rabu (16/3). ADB mengatakan pandemi Covid-19 melahirkan 4,7 juta orang baru yang jatuh ke kemiskinan paling ekstrem di Asean.

A   A   A   Pengaturan Font

MANILA - Bank Pembangunan Asia (ADB), pada Rabu (16/3), mengatakan pandemi Covid-19 melahirkan 4,7 juta orang baru yang jatuh ke kemiskinan paling ekstrem di Asia Tenggara (Asean) pada 2021. Itu membalikkan pencapaian yang diraih dalam memerangi kemiskinan, sambil mendesak pemerintah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

"Jumlah orang dalam kemiskinan ekstrem, didefinisikan sebagai mereka yang hidup dengan penghasilan kurang dari 1,9 dollar AS per hari, adalah 24,3 juta tahun lalu, atau 3,7 persen dari 650 juta penduduk Asia Tenggara," kata ADB dalam sebuah laporan.

Sebelum pandemi, angka kemiskinan ekstrem di Asia Tenggara telah menurun, dengan 14,9 juta pada 2019, turun dari 18 juta pada 2018 dan 21,2 juta pada 2017.

"Pandemi telah menyebabkan meluasnya pengangguran, memperburuk ketidaksetaraan, dan meningkatkan tingkat kemiskinan, terutama di kalangan perempuan, pekerja muda, dan lansia di Asia Tenggara," kata Presiden ADB, Masatsugu Asakawa.

Percepat Pertumbuhan

Asakawa mendesak pemerintah untuk meningkatkan sistem kesehatan, merampingkan peraturan untuk meningkatkan daya saing bisnis, berinvestasi dalam infrastruktur hijau yang cerdas dan mengadopsi teknologi untuk mempercepat pertumbuhan.

ADB mengatakan ada 9,3 juta lebih sedikit pekerja yang dipekerjakan di Asia Tenggara pada tahun 2021 karena Covid-19 mengurangi aktivitas ekonomi, membuat jutaan orang tidak bekerja.

Menurut ADB, wilayah ini diproyeksikan tumbuh 5,1 persen tahun ini, tetapi varian Omicron Covid-19 dapat memangkas prospek pertumbuhannya sebanyak 0,8 poin persentase jika menyebar lebih jauh dan memicu guncangan penawaran dan permintaan.

Direktur Jenderal ADB, Ramesh Subramaniam, mengatakan prospek pertumbuhan Asia Tenggara akan direvisi untuk mencerminkan dampak invasi Russia ke Ukraina, yang ia harapkan dapat "dikelola".

"Tantangannya adalah apa yang ada dalam jangka menengah. Apakah ini akan memengaruhi pemulihan kawasan dari pandemi dan tantangan fiskal yang akan dihadapinya. Bagaimana kita bisa memastikan efek tak terduga tidak menjadi serius dalam kasus Asia Tenggara," kata Subramaniam.

Konflik tersebut telah memaksa para pembuat kebijakan Asia untuk memikirkan kembali asumsi untuk tahun 2022, dengan risiko pertumbuhan yang lemah ditambah dengan lonjakan harga yang menambah kompleksitas yang tidak diinginkan pada rencana pengaturan moneter.

SB/bangkokpost/N-3


Redaktur : Marcellus Widiarto
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top