Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kementerian PPPA Gelar "Suara Anak Disabilitas"

Foto : istimewa
A   A   A   Pengaturan Font

Kementerian Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) mengelar kegiatan tulis menulis yang diperuntukkan khusus bagi anak peyandang disabilitas dengan tajuk "Suara Anak Disabilitas", baru-baru ini, di Jakarta. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Deputi Bidang Perlindungan Anak, bekerjasama dengan Musik Hana Midori.

"Ini bakal menjadi ruang baru bagi anak penyandang disabilitas dalam mempergunakan hak mereka untuk menyampaikan pendapat, tentang apa yang mereka rasakan dan mengurai harapan-harapan mereka," ujar Nahar SH, M.Si, Deputi Bidang Perlindungan Anak dalam jumpa pers, di Jakarta, baru-baru ini.

Nahar lebih jauh menyebutkan, ada kenyataan di masyarakat bahwa keluarga yang memiliki anak penyandang disabilitas, jarang sekali mau melibatkan si anak dalam berbagai kegiatan. "Bahkan ada anggapan, si anak tidak perlu disekolahkan. Inilah persepsi yang kurang menguntungkan bagi perkembangan si anak," ucapnya.

Selain itu, Rina Prasarani, salah satu dewan juri mengatakan kegiatan ini baru pertama kali diselenggarakan oleh Kemen PPPA. Kegiatan ini mengundang partisipasi peserta anak-anak penyandang disabilitas, yang terbagi dalam 5 kategori, yaitu Disabilitas Fisik, Disabilitas Intelektual, Disabilitas Mental, Disabilitas Sensorik dan Disabilitas Ganda/Multi, dengan usia peserta adalah sebelum 18 tahun, dan khusus untuk anak penyandang disabilitas intelektual, boleh sampai dibawah usia 25 tahun.

"Dalam menuangkan pikiran dan perasaan ke dalam tulisan, para peserta yang tidak dapat menulis dalam format tulisan latin, dapat megungkapkannya dalam bentuk bahasa isyarat atau dalam bentuk suara, atau dalam huruf braile. Namun, pendamping atau orang tua perlu menterjemahkannnya ke dalam bentuk tulisan latin sesuai ketentuan," sebut Rina.

Video atau rekaman suara, tambah Rina, dapat dilampirkan disertai dengan surat pernyataan bahwa tulisan yang diterjemahkan tersebut benar karya anak penyandang disabilitas. Selain Rina, da empat nama juri lainnya, yakni Prof Irwanto, Ph.D, Dewi Tjakrawinatam, Dra Eva Rahmi Kasim, MDS, dan Angkie Yudisti.

Menurut Rina, tema tulisan untuk "Suara Anak Disabilitas", adalah Dengarkan Curhatan Kami, dengan subtema Pendidikan/Pelatihan, Olahraga, Seni. Pariwisata. Transportasi, Kesehatan dan Ruang bermain. Peserta bebas memilih subtema dan menceritakan apa yang mereka alami dan harapan apa yang mereka inginkan di masyarakat.

Sementara itu, Yen Sinaringati, Produser Eksekutif dari Musik Hana Midori yang akan mengerjakan soal teknis event ini, menyebut pengumpulan materi naskah sudah dilakukan sejak 8 April sampai batas akhir pada 8 Juni 2019.

"Karya perseorangan yang dikirim wajib asli dan tidak boleh memuat unsur pornografi dan SARA. Naskah bisa dikirim ke email [email protected]," kata Yen. Kegiatan yang tidak dipungut biaya ini, menyediakan tropi dan hadiah dari Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. "Karya yang dianyatakan menang, ada rencana akan kami bukukan," ungkap Nahar.

Nahar sangat berharap, ajang ini akan menjadi sarana komunikasi bagi anak penyandang disabilitas melalui tulisan; sekaligus juga menjadi sarana edukasi bagi keluarga yang memiliki anak penyandang disabilitas.

"Sekaligus bisa menjadi sarana informasi bagi masyarakat luas dalam memahami anak penyandang disabilitas, meningkatkan kepedulian publik terhadap anak penyandang disabilitas, meningkatkan kepercayaan diri anak penyandang disabilitas. "Sekaligus ikut mendukung kebijakan pemerintah terhadap anak penyandang disabilitas sesuai Konvensi Hak Anak Pasal 23 dan UU Nomor 35 Tahun 2014," tukasnya. yzd/S-1

Komentar

Komentar
()

Top