Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis
Siaga Bencana I Januari hingga Juni 2018 Terjadi 1.134 Bencana

Kemensos Targetkan Tambah 100 Kampung Siaga Bencana

Foto : Sumber: Direktorat Perlindungan Korban Bencana Ala
A   A   A   Pengaturan Font

Indonesia adalah daerah dengan risiko rawan bencana sehingga masyarakatnya harus selalu siaga.

PANGANDARAN - Kementerian Sosial menargetkan hingga akhir tahun 2018 mampu menambah sebanyak 100 Kampung Siaga Bencana (KSB) bisa di sejumlah kabupaten/kota. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya pemerintah mendorong kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.

Demikian dikatakan oleh Direktur Jendaral Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial, Harry Hikmat, usai mengukuhkan Desa Kalijati, Kecamatan Sidamulih, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, sebagai Kampung Siaga Bencana ke-609. Dirjen mengatakan tinggal di lokasi rawan bencana bukan berarti hidup dalam kekhawatiran.

Bukan pula menunggu bencana datang lalu baru menggerakkan dan melatih warga kesiapsiagaan menghadapi bencana. "Tapi, kita harus menyadari betul bahwa Indonesia adalah daerah dengan risiko rawan bencana sehingga harus selalu siaga. Dalam hal kewaspadaan ini, tentunya masyarakat yang lebih mengetahui kondisi wilayahnya masih-masing karena merupakan tempat tinggal mereka," papar dia.

Baca Juga :
Raker Kemenkumham

KSB merupakan wadah penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang dijadikan kawasan atau tempat untuk program penanggulangan bencana. Hingga Juli 2018, jumlah KSB adalah 609 dan diharapkan jumlahnya terus bertambah 100 KSB di akhir 2018. Beberapa titik yang tengah disiapkan untuk menjadi KSB adalah Kabupaten Sumba Timur di Provinsi NTT, Kabupaten Lombok Timur di Provinsi NTB, Kabupaten Pulau Buru Selatan di Provinsi Maluku, dan Kabupaten Cilacap di Provinsi Jawa Tengah.

Tujuan KSB adalah untuk memberikan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang bahaya dan risiko bencana, membentuk jejaring siaga bencana berbasis masyarakat dan memperkuat interaksi sosial anggota masyarakat, mengorganisasikan masyarakat terlatih untuk siaga bencana, serta mengoptimalkan potensi dan sumber daya yang ada untuk penanggulangan bencana.

"Intinya agar masyarakat dapat waspada terhadap bencana, siaga pada perubahan lingkungan yang ekstrem, serta mengetahui langkah-langkah yang diperlukan dalam menanggulangi bencana," kata Dirjen. Lima Hal Menurut Harry Hikmat, ada lima hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan KSB. Pertama, warga KSB harus memiliki mental yang tangguh.

"Kesiagaan, apalagi berkait bencana, selalu mengandalkan kegigihan mental. Mental yang tangguh merupakan prasyarat utama dalam pembentukan kampung siapa bencana," terang dia. Kedua, solidaritas. Menurutnya, kekompakan harus menjadi ciri karakter warga KSB. Pasalnya, bencana tidak akan pernah bisa dihadapi secara perorangan.

Di sini kekompakan menjadi hal yang penting, semua komponen masyarakat mulai dari remaja, sampai manula harus siaga bahu membahu. Ketiga kepekaan. Di sini, WKG harus punya kepekaan terutama dalam kemampuan mendeteksi awal dalam membaca gejala gejala alam sehingga lebih bisa mengantisipasi.

Harry menyontohkan di Kabupaten Pangandaran hampir setiap tahun terjadi banjir dan tanah longsor. Maka warga harus mencermati apa sebenarnya yang menjadi penyebabnya. Keempat, pengetahuan dan keterampilan. Warga KSB harus memiliki kemampuan dan keterampilan yang bisa meminimalisir dampak bencana. Terakhir atau kelima, warga KSB harus rajin melakukan latihan kesiagaannya.

Kemauan dan kesungguhan dalam memogram latihan penting menjadi agenda warga. "Selain kesiapan warga, peran aktif pemda sangat penting. Oleh karena itu, lanjutnya, Kemensos mendorong Bupati dan Wali Kota menjadi Pembina Taruna Siaga Bencana (Tagana) agar dapat menjadi pelopor dan mengajak masyarakat peduli bencana," terangnya. Dia mencontohkan Bupati Pangandaran, Jeje Wiradinata, yang telah dikukuhkan sebagai Pembina Tagana. eko/E-3

Komentar

Komentar
()

Top