Nasional Mondial Ekonomi Megapolitan Olahraga Rona The Alun-Alun Kupas Splash Wisata Perspektif Wawancara Edisi Weekend Foto Video Infografis

Kemenhan akan Mengakuisisi Dua Pesawat Peringatan Dini dan Kontrol Udara untuk TNI-AU

Foto : Airbus Defence and Space

Pesawat Airborne Early Warning and Control (AEW&C) Airbus C295. TNI AU telah lama membutuhkan setidaknya empat pesawat AEW&C dan diketahui telah menunjukkan minat pada berbagai jenis pesawat yang dapat dikonversi untuk tujuan itu.

A   A   A   Pengaturan Font

COULSDON - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) baru-baru ini dilaporkan telah menyetujui rencana Kementrian Pertahanan untuk mengakuisisi dua pesawat peringatan dini dan kontrol udara (Airborne Early Warning and Control/AEW&C) baru, dengan dana yang bersumber dari pinjaman asing.

Dilansir oleh Janes Information Services, TNI Angkatan Udara saat ini tidak memiliki kemampuan AEW&C. Perusahaan intelijen open-source global itu melaporkan bahwa persetujuan tersebut berarti bahwa Kementerian Pertahanan sekarang dapat secara formal memulai proses evaluasi jenis dan sumber pesawat yang sesuai bagi pemberi pinjaman asing untuk mendanai program tersebut.

"Dokumen yang diperoleh Janes menunjukkan bahwa plafon yang disetujui untuk program pinjaman adalah 800 juta dolar AS, untuk akuisisi dua pesawat," bunyi laporan itu.

"Sebagai salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia, memungkinkan Indonesia untuk menginvestasikan dana yang sangat dibutuhkan di militer. Setelah bertahun-tahun stagnasi yang disebabkan oleh krisis keuangan tahun 1997, yang menyebabkan sebagian besar program akuisisi militer Indonesia dibatalkan, situasi semakin memburuk ketika AS memberlakukan embargo senjata pada tahun 1999 yang berlangsung hingga tahun 2005," ungkapnya.

Menurut Janes, dengan sekitar 17 ribu pulau yang membentuk kepulauan terbesar di dunia, Indonesia perlu mempertahankan armada pengawasan maritim udara modern dalam upaya untuk menghadapi ancaman yang meningkat dari perompak, penyelundup dan teroris. Hal ini menyebabkan TNI AU memesan pesawat patroli maritim (MPA) CASA CN 235 (sekarang Airbus C235) yang sangat dibutuhkan pada tahun 2012, dengan sistem Telephonics dan turret Star Safire HDI FLIR.

TNI-AU telah lama membutuhkan setidaknya empat pesawat AEW&C dan diketahui telah menunjukkan minat pada berbagai jenis pesawat yang dapat dikonversi untuk tujuan ini, termasuk Airbus C295. Airbus C295 adalah pesawat angkut taktis menengah yang dirancang dan awalnya diproduksi oleh perusahaan kedirgantaraan Spanyol CASA. Bekerja pada apa yang akan menjadi C-295 dimulai pada 1990-an sebagai turunan dari pesawat angkut CASA/IPTN CN-235 yang sukses.

C-295 juga telah dirancang untuk memfasilitasi operasi multi-peran dan telah diproduksi dalam berbagai konfigurasi. Ketika dilengkapi dengan tepat, C-295 dapat melakukan tugas intelijen sinyal elektronik (ELINT), evakuasi medis (MEDEVAC), dan pesawat patroli maritim (MPA).

"Pengadaan pesawat AEW&C merupakan tambahan dari daftar 16 program tahun ini, yang izin untuk mengambil pinjaman luar negeri telah diberikan oleh Kemenkeu, asalkan kontrak formal ditandatangani dengan Kementerian Pertahanan pada 31 Desember 2023," katanya.

Airbus Defense and Space, pemimpin dalam pesawat multi-misi, dan IAI/ELTA, pemimpin dalam Sistem Peringatan Dini Lintas Udara tingkat lanjut mempersembahkan C295 AEW&C baru. C-295 AEW&C adalah versi peringatan dini dan kontrol udara dengan kubah radar 360 derajat EL/W-2090.

Radar AESA dikembangkan oleh Israel Aerospace Industries (IAI) dan memiliki sistem IFF (Identification friend or foe) terintegrasi. Penawaran AEW&C Saab, yang menggabungkan sistem Saab 2000 Erieye. Indonesia telah memperoleh persetujuan untuk mencari pinjaman luar negeri untuk program AEW&C dan sedang mempertimbangkan sistem Erieye sebagai salah satu kandidatnya.


Redaktur : Selocahyo Basoeki Utomo S
Penulis : Selocahyo Basoeki Utomo S

Komentar

Komentar
()

Top