Kemendikbudristek: Hakteknas Momentum Pengembangan MBKM
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam.
Foto: Koran Jakarta/Muhamad Ma'rupJAKARTA - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menyebut, Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) 2023 sebagai momentum pengembangan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Menurutnya, dengan mempersiapkan generasi muda Indonesia menjadi talenta riset dan inovasi dapat membawa Indonesia semakin unggul di panggung global.
"Dalam empat tahun terakhir, kita memperkuat potensi tersebut melalui gerakan MBKM yang mengedepankan nilai-nilai kolaborasi dalam menciptakan inovasi," ujar Nadiem, dalam Hakteknas 2023, di Jakarta, Jumat (11/8).
Dia menjelaskan, dengan memberikan kesempatan mahasiswa belajar di luar kampus, generasi muda Indonesia lebih berani terjun ke masyarakat dan memberikan kontribusi nyata. Selain itu, sampai hari ini pihaknya terus mendukung para peneliti muda dengan program dana padanan untuk perguruan tinggi akademik, vokasi, serta SMK PK.
"Berkat program ini, telah lahir ribuan inovasi di bidang penelitian, pengembangan, pengkajian, dan penerapan Iptek yang dihasilkan dari kolaborasi lintas sektor," jelasnya.
Huluisasi Riset
Plt Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam mengatakan, pihaknya menyiapkan Rp500 miliar dana Matching Fund untuk akselerasi riset antara perguruan tinggi dan industri. Matching Fund merupakan program riset dengan skema pemadanan pendanaan dari pemerintah dengan besaran sejumlah investasi dari industri untuk perguruan tinggi.
"Tahun ini 500 miliar harapannya terserap optimal dan yang penting kita ingin lihat impaknya dalam menghilirkan dan menghulukan riset," katanya.
Dia mengatakan, sudah banyak produk inovasi dari program Matching Fund yang dipasarkan. Menurutnya, adanya Matching Fund juga penting sebagai solusi minimnya dana riset dari pemerintah.
"Makanya kita bikin Matching Fund supaya dana riset itu dua kali lipat. Dan mendorong komitmen industri untuk menjadikan perguruan tinggi jadi lab riset mereka," ucapnya.
Nizam mengungkapkan, hilirisasi merupakan proses penting dalam ekosistem riset. Meski begitu, huluisasi riset tidak kalah penting sebab di dalamnya juga membutuhkan kolaborasi perguruan tinggi dengan industri.
Dia menjelaskan, dalam proses huluisasi riset, dosen tidak melakukan penelitian sesuai dengan hobi, lalu ditawarkan ke industri. Justru baik industri maupun dosen harus membawa kebutuhan industri jadi agenda riset di perguruan tinggi.
"Itulah kenapa kita mengenal platform Kedaireka, Matching Fund, agar agendanya itu datang dari hilir ke hulu, ke tempat riset, ke tempat inovasi," tandasnya.
Redaktur: Lili Lestari
Penulis: Muhamad Ma'rup
Tag Terkait:
Berita Trending
- 1 Indonesia Tunda Peluncuran Komitmen Iklim Terbaru di COP29 Azerbaijan
- 2 Sejumlah Negara Masih Terpecah soal Penyediaan Dana Iklim
- 3 Ini Kata Pengamat Soal Wacana Terowongan Penghubung Trenggalek ke Tulungagung
- 4 Penerima LPDP Harus Berkontribusi untuk Negeri
- 5 Ini yang Dilakukan Kemnaker untuk Mendukung Industri Musik
Berita Terkini
- CEO Nvidia Jensen Huang Sebut 'Era AI telah Dimulai'
- Messe Duesseldorf Ajak Industri Plastik dan Karet Indonesia Akselerasi Penerapan Industri Hijau Melalui Pameran K
- Edukasi Pentingnya Nutrisi Toko Susu Hadirkan Area Permainan
- Survei Indikator: Pemilih KIM Plus Banyak Menyeberang ke Andika-Hendi di Pilgub Jateng
- Tiga Merek Baru Mobil Listrik Buatan Tiongkok Resmi Diluncurkan di Indonesia